Kamis, 25 Juli 2024

 

900

nyanyian kodok

pada sebuah kolam

sihiran wulan

kuntum mawar melati

harum di taman hati

 

901

bertatah embun

harum di angin pagi

kembang lengkuas

nisan berlumur darah

ceritra rakyat Banjar

 

902

gerimis pagi

menjelang akhir tahun

jendela milad

mesti jalan membentang

tak surut kebelakang

 

903

di gerbang tahun

kaki mengetuk langkah

ayat gurindam

di tapak kaki ibu

makna hakikat surga

 

904

di bawah payung

gerimis akhir tahun

jalan membentang

pengalaman hayati

guru yang paling baik

 

905

asmara bulan

rima bersahut cahya

pantun tarasul

menyambut ganti tahun

konser nyanyian katak

 

906

tatkala senja

sebuah rumah tua

riuh lelawa

pada tiba saatnya

ajal di akhir hayat

 

907

suatu senja

merangkai helai kertas

mawar lembayung

peristiwa yang silam

manis bila di kenang

 

908

rembulan itu

luruh di padang lalang

berwarna merah

dipersimpangan jalan

bijak memilih arah

 

909

kapal bertolak

kala gerimis senja

muatan cinta

berteguh keyakinan

hidup mesti berjalan

 

910

tiada bulan

hanyalah kunang kunang

penerang jalan

cahaya kehidupan

tebalnya keimanan

 

911

di tengah hari

lima belas Desember

lahir rembulan

seekor rama rama

masuk ke dalam rumah

 

912

pesona pagi

harum daun kemangi

di pelataran

pemali dan pepatah

sudah dianggap tahyul

 

913

anak gelatik

di ranting pohon dadap

di guyur hujan

berhutang sangat mudah

membayar rasa berat

 

914

angin semilir

simponi daun bambu

siang yang teduh

sejauh pandang mata

sawah padi menguning

 

915

sekawan pipit

di atas pohon randu

hamparan padi

waspada walau teman

hianat tersembunyi

 

916

di awal tahun

bentang tirai gerimis

payung terkembang

hidup tak s’waktu mati

mati tak s’waktu hidup

 

917

tarian lalang

dalam konser tonggeret

lereng Meratus

dupa ke puncak gunung

sebab balian mati

 

918

mentari pucat

dari bukit Meratus

mencari hutan

penjajah amat keji

dari bangsa sendiri

 

919

mentari merah

nenek moyang menyumpah

gunung yang tumbang

tanah jadi mendanau

kubangan bumbu raya

 

920

hentak kung kurung

bubus asap behiuk

balai remain

tradisi aruh ganal

memupuk kerukunan

 

921

sebuah kolam

ada di balik batu

anak ikan koi

rumah yang kosong itu

ditinggal penghuninya

 

922

tupai melompat

di pepohonan ranggas

mencari makan

negri kaya alamnya

tapi miskin rakyatnya

 

923

harum cempaka

semilir angin malam

jalanan sunyi

lantun ayat al furqan

syahdu merasuk kalbu

 

924

siang yang terik

bekantan berlompatan

rambai meranggas

Sungai Barito cemar

Bau glondong dan limbah

 

925

rona lembayung

pesona cahya pagi

kembang gulinggang

kecantikan alami

di saat bangun pagi

 

926

di saat pagi

ke mana kicau burung

sepi pohonan

sudah sekian hari

kabut menutup kota

 

927

tinggal kenangan

kala surya tenggelam

debu jalanan

waktu buka jendela

hujan di awal tahun

 

928

seruling lembah

mengantar matahari

tempat tetirah

jangkrik di pintu malam

syahdu lantunan zikir

 

929

surya tenggelam

rerumputan bersyujud

mengucap salam

adakah yang dirindu

di kala  malam tiba ?

 

930

suara jangkrik

menyambut gema azan

meresap kalbu

ke mana akhir hidup

ke batas kehidupan

 

931

sekawan burung

mencari jalan pulang

petang berkabut

naik sepeda ontel

sepi menuju kota

 

932

suara air

di sela bebatuan

guntung sagaling

pepohonan yang ranggas

pada diam membisu

 

933

bunyi letupan

pecahnya buah para

ke dusun Babar

di tepi Sungai Asam

para pendulang intan

 

934

sehari penuh

lubang terus digali

bertahta intan

mencari kekayaan

maut di ujung tanah

 

935

sepanjang waktu

tiap batu dilenggang

hanyalah galuh

tabu menyebut intan

tata krama mendulang

 

936

di siang itu

ucap salam sholawat

galuh cempaka

banua tanah Banjar

kaya intan kemilau

 

937

di luar rumah

berhembus angin malam

suara daun

di waktu tengah malam

datang ke altarmu rabb

 

938

rumput bersujud

kala surya terbenam

jangkrik berzikir

orang menuju masjid

kumandang azan magrib

 

939

air membuncah

meluap dari parit

curahan hujan

kota direndam banjir

ramai perahu karet

 

940

di kolam taman

aneka koi berenang

mosaik air

pada sebuah bangku

seseorang merenung

 

941

sebuah ruang

sebentar lagi gelap

lilin mengecil

di atas ranjang waktu

tersurat kehidupan

 

942

butiran embun

ada di ujung daun

pelan menetes

suara amat bening

membasuh duka lara

 

943

kemilau embun

kenduri secangkir teh

ke masa lalu

rumpun aneka mawar

mekar dalam jambangan

 

944

di siang itu

lahir tangisan kecil

membasuh duka

pada tirai gerimis

eksplorasi hayati

 

945

entah ke mana

tak ada kicau burung

pagi gulana

pohon tak lagi hutan

dalam mesin gergaji

 

946

halimun renyai

kristal menatah daun

bening di kalbu

sejak tadi berkicau

murai menyambut fajar

 

947

di ujung lanting

merenung ilung larut

pasang pindua

ombak sungai Barito

klotok mengadu nasib

 

948

siulan murai

entah di pohon mana

lembah yang sunyi

sepanjang lereng bukit

putih kembang ilalang

 

949

halimun turun

membasuh daun bakau

jukung berkayuh

sungai memberi cinta

kehidupan hakiki

 

950

fajar memancar

jukung membawa cinta

pasar terapung

zaman terus berputar

adat semakin pudar

 

951

air melompat

di lereng riam kanan

turbin gemuruh

membayangkan bendungan

usia telah renta

 

952

saat mengidam

yang diminta kesturi

yang ada manggis

takdir hakikat ikrar

waktu segumpal darah

 

953

Selasa kliwon

aroma daun pandan

di luar angin

dulu sampai sekarang

mistis Masih lestari

 

954

wanita itu

berjalan dalam hujan

berpayung cinta

dikedalaman jiwa

tertanam keyakinan

 

955

Liang Hidangan

saat gerimis panas

batu menangis

orang tua menyumpah

anaknya yang durhaka

 

956

cahaya bulan

jatuh di pelataran

daunan hening

merdu tembang kenangan

ke latar masa silam

 

957

air menetes

menggenang lantai kamar

banjir di hati

adalah perjuangan

tabah dalam cobaan

 

958

dermaga senja

arung di laut lepas

bahtera kertas

sampaikan pesan cinta

jika sampai padanya

 

959

panjatan pagi

kemersik daun persik

aroma bunga

kecantikan alami

perawan bagun pagi

 

960

kaki melangkah

masuk ke pintu pagi

mendulang nasib

nasib bukanlah takdir

melainkan ikhtiar

 

961

celoteh manja

saat lembayung fajar

permata hati

bening bola matanya

mekar sekuntum cinta

 

962

menjadi was was

di rumah tua itu

suara tokek

harum bunga kemboja

di pekarangan rumah

 

963

katak mendekam

di bawah bebatuan

kolam berdebu

daunan berguguran

bangku jadi menguning

 

964

di sungai pasang

jukung sudur meluncur

melawan ombak

banyak orang terlupa

asal usul negrinya

 

965

klotok melintas

jukung sudur di ombak

mengapung apung

merasa lebih pintar

orang kecil dikucil

 

966

dibelai angin

harum sekuntum pagi

kembang lengkuas

aroma gulai apa

menimbulkan selera

 

967

dalam pangkuan

burung kecil bernyanyi

celoteh pagi

kasih dan sayang bunda

laksana matahari

 

968

fajar menyambut

tangis si buah hati

sajadah subuh

ayam jantan berkokok

semesta alam hening

 

969

bangkitnya surya

dedaunan lembayung

kemilau embun

gemercik sungai Layuh

di sela bebatuan

 

970

buah kesturi

ranum bergelantungan

pingkalung sangkut

tak berhati nurani

hutan terus dibabat

 

971

dalam pukungan

ayun anakku ayun

syair salawat

anakku sudah guring

hidup mati beriman

 

972

ayunan kuning

kur sumangat anakku

pagar tigarun

syair salawat rasul

kenduri tulak bala

 

973

asap mengharum

membasuh batang tubuh

adat batimung

harum tubuh pengantin

duduk di pelaminan

 

974

di ufuk timur

cahya warna lembayung

rinai halimun

memutih kembang turi

kilau butiran embun

 

975

di daun lalang

hinggap seekor capung

angin berhembus

di teduh siang itu

manis tembang kenangan

 

976

sekuntum pagi

mekar di rimbun daun

burung bernyanyi

barisan sayur mayur

ramai menuju kota

 

977

merintis jalan

sebelum surya silam

menuju pulang

pada jalan bersimpang

bergumul dengan bimbang

 

978

seekor kucing

lari masuk ke rumah

langit kelabu

burung entah ke mana

sunyinya pepohonan

 

979

usai membajak

barisan kerbau pulang

petang membentang

merdu tembang seruling

cinta ibu pertiwi

 

980

seruling petang

padi seluas pandang

desa yang makmur

pilar kesejahtraan

lumbungnya kemakmuran

 

981

setiap lewat

suara sapu lidi

daunan luruh

rumah yang sederhana

berpagar bambu kuning

 

982

mendaki gunung

jalan begitu licin

semangat kuat

di kulminasi jiwa

cinta alam semesta

 

983

cahaya obor

dari sebuah batas

menapak tilas

konvoi sepeda ontel

insan lanjut usia

 

984

gumpalan kabut

jauh sampai ke lembah

tiada burung

sebatang pohon binjai

serupa arca sunyi

 

985

daun kelapa

berhembus angin senja

melambai lambai

arung ke laut lepas

biduk cinta nelayan

 

986

jalan berliku

menuju arah pulang

petang membentang

renung dalam sajadah

diri bermuraqabah

 

987

di mulut gua

asap api membubung

landak terbangun

dari padang ilalang

api berlari kencang

 

988

api memerah

berlari dari lembah

ke lereng gunung

cicit anak gelatik

riuh memanggil induk

 

989

tirai gerimis

di hari Gong Xi Fat Cai

hati yang teduh

di dalam kerinduan

berpayung kedamaian

 

990

di Gong Xi Fat Cai

anak bersuka cita

limpahan angpao

hio seorang anak

doa untuk kakeknya

 

991

pada beranda

berhembus angin senja

nyanyian daun

mewedang kopi tubruk

sepotong kararaban

 

992

dalam pangkuan

senyuman gadis kecil

merenda pagi

dalam belaian angin

elok tarian anggrek

 

993

nyanyian hujan

basah di pelataran

angin Desember

saat membuka pintu

balik ke masa silam

 

994

menapak jalan

lengang jalan ke Layuh

riuh tonggeret

dari gunung Sagaling

kemilau danau kaca

 

995

fajar memancar

kabut halimun renyai

rumput memutih

ayam hutan menggita

di kesunyian desa

 

996

di atas kolam

seekor capung merah

mencumbu bulan

dalam bayangan terang

senyum melati air

 

987

sajadah malam

berderai air mata

lantaran dosa

sukma menadah doa

di pintu redhomu rabb

 

998

di luar rumah

berhembus angin malam

keluhan daun

siluet dinding kamar

memori masa silam

 

999

sekuntum bunga

pesona di jambangan

kemboja plastik

bunga di pagi itu

tampak layu terkulai

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi  Ruang Hening 1500 Tanka Indonesia Ilustrasi Cover : Alvin Shul Vatrick Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru...