900
nyanyian kodok
pada sebuah kolam
sihiran wulan
kuntum mawar melati
harum di taman hati
901
bertatah embun
harum di angin pagi
kembang lengkuas
nisan berlumur darah
ceritra rakyat Banjar
902
gerimis pagi
menjelang akhir tahun
jendela milad
mesti jalan membentang
tak surut kebelakang
903
di gerbang tahun
kaki mengetuk langkah
ayat gurindam
di tapak kaki ibu
makna hakikat surga
904
di bawah payung
gerimis akhir tahun
jalan membentang
pengalaman hayati
guru yang paling baik
905
asmara bulan
rima bersahut cahya
pantun tarasul
menyambut ganti tahun
konser nyanyian katak
906
tatkala senja
sebuah rumah tua
riuh lelawa
pada tiba saatnya
ajal di akhir hayat
907
suatu senja
merangkai helai kertas
mawar lembayung
peristiwa yang silam
manis bila di kenang
908
rembulan itu
luruh di padang lalang
berwarna merah
dipersimpangan jalan
bijak memilih arah
909
kapal bertolak
kala gerimis senja
muatan cinta
berteguh keyakinan
hidup mesti berjalan
910
tiada bulan
hanyalah kunang kunang
penerang jalan
cahaya kehidupan
tebalnya keimanan
911
di tengah hari
lima belas Desember
lahir rembulan
seekor rama rama
masuk ke dalam rumah
912
pesona pagi
harum daun kemangi
di pelataran
pemali dan pepatah
sudah dianggap tahyul
913
anak gelatik
di ranting pohon dadap
di guyur hujan
berhutang sangat mudah
membayar rasa berat
914
angin semilir
simponi daun bambu
siang yang teduh
sejauh pandang mata
sawah padi menguning
915
sekawan pipit
di atas pohon randu
hamparan padi
waspada walau teman
hianat tersembunyi
916
di awal tahun
bentang tirai gerimis
payung terkembang
hidup tak s’waktu mati
mati tak s’waktu hidup
917
tarian lalang
dalam konser tonggeret
lereng Meratus
dupa ke puncak gunung
sebab balian mati
918
mentari pucat
dari bukit Meratus
mencari hutan
penjajah amat keji
dari bangsa sendiri
919
mentari merah
nenek moyang menyumpah
gunung yang tumbang
tanah jadi mendanau
kubangan bumbu raya
920
hentak kung kurung
bubus asap behiuk
balai remain
tradisi aruh ganal
memupuk kerukunan
921
sebuah kolam
ada di balik batu
anak ikan koi
rumah yang kosong itu
ditinggal penghuninya
922
tupai melompat
di pepohonan ranggas
mencari makan
negri kaya alamnya
tapi miskin rakyatnya
923
harum cempaka
semilir angin malam
jalanan sunyi
lantun ayat al furqan
syahdu merasuk kalbu
924
siang yang terik
bekantan berlompatan
rambai meranggas
Sungai Barito cemar
Bau glondong dan limbah
925
rona lembayung
pesona cahya pagi
kembang gulinggang
kecantikan alami
di saat bangun pagi
926
di saat pagi
ke mana kicau burung
sepi pohonan
sudah sekian hari
kabut menutup kota
927
tinggal kenangan
kala surya tenggelam
debu jalanan
waktu buka jendela
hujan di awal tahun
928
seruling lembah
mengantar matahari
tempat tetirah
jangkrik di pintu malam
syahdu lantunan zikir
929
surya tenggelam
rerumputan bersyujud
mengucap salam
adakah yang dirindu
di kala malam tiba
?
930
suara jangkrik
menyambut gema azan
meresap kalbu
ke mana akhir hidup
ke batas kehidupan
931
sekawan burung
mencari jalan pulang
petang berkabut
naik sepeda ontel
sepi menuju kota
932
suara air
di sela bebatuan
guntung sagaling
pepohonan yang ranggas
pada diam membisu
933
bunyi letupan
pecahnya buah para
ke dusun Babar
di tepi Sungai Asam
para pendulang intan
934
sehari penuh
lubang terus digali
bertahta intan
mencari kekayaan
maut di ujung tanah
935
sepanjang waktu
tiap batu dilenggang
hanyalah galuh
tabu menyebut intan
tata krama mendulang
936
di siang itu
ucap salam sholawat
galuh cempaka
banua tanah Banjar
kaya intan kemilau
937
di luar rumah
berhembus angin malam
suara daun
di waktu tengah malam
datang ke altarmu rabb
938
rumput bersujud
kala surya terbenam
jangkrik berzikir
orang menuju masjid
kumandang azan magrib
939
air membuncah
meluap dari parit
curahan hujan
kota direndam banjir
ramai perahu karet
940
di kolam taman
aneka koi berenang
mosaik air
pada sebuah bangku
seseorang merenung
941
sebuah ruang
sebentar lagi gelap
lilin mengecil
di atas ranjang waktu
tersurat kehidupan
942
butiran embun
ada di ujung daun
pelan menetes
suara amat bening
membasuh duka lara
943
kemilau embun
kenduri secangkir teh
ke masa lalu
rumpun aneka mawar
mekar dalam jambangan
944
di siang itu
lahir tangisan kecil
membasuh duka
pada tirai gerimis
eksplorasi hayati
945
entah ke mana
tak ada kicau burung
pagi gulana
pohon tak lagi hutan
dalam mesin gergaji
946
halimun renyai
kristal menatah daun
bening di kalbu
sejak tadi berkicau
murai menyambut fajar
947
di ujung lanting
merenung ilung larut
pasang pindua
ombak sungai Barito
klotok mengadu nasib
948
siulan murai
entah di pohon mana
lembah yang sunyi
sepanjang lereng bukit
putih kembang ilalang
949
halimun turun
membasuh daun bakau
jukung berkayuh
sungai memberi cinta
kehidupan hakiki
950
fajar memancar
jukung membawa cinta
pasar terapung
zaman terus berputar
adat semakin pudar
951
air melompat
di lereng riam kanan
turbin gemuruh
membayangkan bendungan
usia telah renta
952
saat mengidam
yang diminta kesturi
yang ada manggis
takdir hakikat ikrar
waktu segumpal darah
953
Selasa kliwon
aroma daun pandan
di luar angin
dulu sampai sekarang
mistis Masih lestari
954
wanita itu
berjalan dalam hujan
berpayung cinta
dikedalaman jiwa
tertanam keyakinan
955
Liang Hidangan
saat gerimis panas
batu menangis
orang tua menyumpah
anaknya yang durhaka
956
cahaya bulan
jatuh di pelataran
daunan hening
merdu tembang kenangan
ke latar masa silam
957
air menetes
menggenang lantai kamar
banjir di hati
adalah perjuangan
tabah dalam cobaan
958
dermaga senja
arung di laut lepas
bahtera kertas
sampaikan pesan cinta
jika sampai padanya
959
panjatan pagi
kemersik daun persik
aroma bunga
kecantikan alami
perawan bagun pagi
960
kaki melangkah
masuk ke pintu pagi
mendulang nasib
nasib bukanlah takdir
melainkan ikhtiar
961
celoteh manja
saat lembayung fajar
permata hati
bening bola matanya
mekar sekuntum cinta
962
menjadi was was
di rumah tua itu
suara tokek
harum bunga kemboja
di pekarangan rumah
963
katak mendekam
di bawah bebatuan
kolam berdebu
daunan berguguran
bangku jadi menguning
964
di sungai pasang
jukung sudur meluncur
melawan ombak
banyak orang terlupa
asal usul negrinya
965
klotok melintas
jukung sudur di ombak
mengapung apung
merasa lebih pintar
orang kecil dikucil
966
dibelai angin
harum sekuntum pagi
kembang lengkuas
aroma gulai apa
menimbulkan selera
967
dalam pangkuan
burung kecil bernyanyi
celoteh pagi
kasih dan sayang bunda
laksana matahari
968
fajar menyambut
tangis si buah hati
sajadah subuh
ayam jantan berkokok
semesta alam hening
969
bangkitnya surya
dedaunan lembayung
kemilau embun
gemercik sungai Layuh
di sela bebatuan
970
buah kesturi
ranum bergelantungan
pingkalung sangkut
tak berhati nurani
hutan terus dibabat
971
dalam pukungan
ayun anakku ayun
syair salawat
anakku sudah guring
hidup mati beriman
972
ayunan kuning
kur sumangat anakku
pagar tigarun
syair salawat rasul
kenduri tulak bala
973
asap mengharum
membasuh batang tubuh
adat batimung
harum tubuh pengantin
duduk di pelaminan
974
di ufuk timur
cahya warna lembayung
rinai halimun
memutih kembang turi
kilau butiran embun
975
di daun lalang
hinggap seekor capung
angin berhembus
di teduh siang itu
manis tembang kenangan
976
sekuntum pagi
mekar di rimbun daun
burung bernyanyi
barisan sayur mayur
ramai menuju kota
977
merintis jalan
sebelum surya silam
menuju pulang
pada jalan bersimpang
bergumul dengan bimbang
978
seekor kucing
lari masuk ke rumah
langit kelabu
burung entah ke mana
sunyinya pepohonan
979
usai membajak
barisan kerbau pulang
petang membentang
merdu tembang seruling
cinta ibu pertiwi
980
seruling petang
padi seluas pandang
desa yang makmur
pilar kesejahtraan
lumbungnya kemakmuran
981
setiap lewat
suara sapu lidi
daunan luruh
rumah yang sederhana
berpagar bambu kuning
982
mendaki gunung
jalan begitu licin
semangat kuat
di kulminasi jiwa
cinta alam semesta
983
cahaya obor
dari sebuah batas
menapak tilas
konvoi sepeda ontel
insan lanjut usia
984
gumpalan kabut
jauh sampai ke lembah
tiada burung
sebatang pohon binjai
serupa arca sunyi
985
daun kelapa
berhembus angin senja
melambai lambai
arung ke laut lepas
biduk cinta nelayan
986
jalan berliku
menuju arah pulang
petang membentang
renung dalam sajadah
diri bermuraqabah
987
di mulut gua
asap api membubung
landak terbangun
dari padang ilalang
api berlari kencang
988
api memerah
berlari dari lembah
ke lereng gunung
cicit anak gelatik
riuh memanggil induk
989
tirai gerimis
di hari Gong Xi Fat Cai
hati yang teduh
di dalam kerinduan
berpayung kedamaian
990
di Gong Xi Fat Cai
anak bersuka cita
limpahan angpao
hio seorang anak
doa untuk kakeknya
991
pada beranda
berhembus angin senja
nyanyian daun
mewedang kopi tubruk
sepotong kararaban
992
dalam pangkuan
senyuman gadis kecil
merenda pagi
dalam belaian angin
elok tarian anggrek
993
nyanyian hujan
basah di pelataran
angin Desember
saat membuka pintu
balik ke masa silam
994
menapak jalan
lengang jalan ke Layuh
riuh tonggeret
dari gunung Sagaling
kemilau danau kaca
995
fajar memancar
kabut halimun renyai
rumput memutih
ayam hutan menggita
di kesunyian desa
996
di atas kolam
seekor capung merah
mencumbu bulan
dalam bayangan terang
senyum melati air
987
sajadah malam
berderai air mata
lantaran dosa
sukma menadah doa
di pintu redhomu rabb
998
di luar rumah
berhembus angin malam
keluhan daun
siluet dinding kamar
memori masa silam
999
sekuntum bunga
pesona di jambangan
kemboja plastik
bunga di pagi itu
tampak layu terkulai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar