200.
merah kemilau
pesona ambang pagi
pucuk kalakai
hembus semilir angin
manis tarian gadis
201.
di tepi sungai
riuh suara bangkong
menjelang malam
dulu sungainya luas
kini semakin sempit
202.
mencari sungai
dulu tempat bermain
di masa kanak
kota seribu sungai
kini tinggal kenangan
203.
teringat sungai
waktu kanak belajar
mengayuh jukung
kini tiada sungai
padat rumah dan toko
204.
tiada angin
dedaunan membisu
pagi kelabu
pelan mentari muncul
senyum teratai merah
205.
puput terakhir
kapal mengangkat sauh
dermaga sunyi
masih tampak lambaian
sampai kebalik malam
206.
gerimis senja
di bawah payung cinta
merajut rindu
menunggu kapal tiba
sampai surya tiada
207.
selembar daun
erat memegang ranting
angin yang kencang
bangkit semangat diri
doa daya upaya
208.
diterpa angin
selembar daun kering
jatuh ke bumi
apa dibawa kala
berumah masa depan
209.
cukup dahaga
rindu
pejalan jauh
jejak adalah
cinta
langkah adalah
doa
210
fajar memancar
harumnya serigading
bermanik embun
penjual jamu gendong
kota ranah harapan
211.
tinggal sebutir
embun di ujung daun
akan menetes
di dalam kesenyapan
segalanya berakhir
212.
di dalam sangkar
merdu kicauan murai
setiap fajar
kau ‘kan bersedih andai
tahu bahasa burung
213.
ingin mempelam
belum lagi musimnya
istri mengidam
kayuh sepeda ontel
sampai ke ujung kampung
214.
alun suara
hentakan kurung kurung
Hiyang Batara
ritus balian bawo
meminta turun hujan
215.
di luar kamar
entah tangis siapa
sesayup sayup
angin di dedaunan
malam semakin kelam
216.
adat menyirih
semakin ditinggalkan
di sudut zaman
banyak orang mengaku
asli orang banua
217.
kucing gelisah
saat menatap langit
lari ke rumah
awan membawa mendung
mendung membawa hujan
218.
suara gagak
melintas perkampungan
wahana apa
entah siapa lagi
sunyi semakin sepi
219.
dupa lalaya
ritual aruh ganal
bangkit roh padi
adat dan istiadat
sejahtra masyarakat
220.
di luar kamar
cuma kepak lelawa
bulan tembaga
angin membawa rindu
entah pergi ke mana
221.
di tengah hujan
dalam pelukan kasih
pusara merah
nisan berlumur darah
keabadian cinta
222.
tak kenal waktu
Roro Jonggrang membatu
hati menjerit
duh sekar maskumambang
slendro tidak bersudah
223.
setangkai anggrek
bercumbu dengan bulan
harum ke kamar
kau kah yang bersenandung
liris juwita malam
224.
pelangi senja
spektrum naga di langit
seusai hujan
sungguh maha lukisan
takjub yang kau berikan
225.
angin November
ayun kembang
bougenville
di bawah bulan
sebuah bangku taman
meninggalkan kenangan
226.
ke dusun
kelahiran
di lereng gunung
rindu gemercik
sungai
rindu kicauan
murai
227.
hutan terbakar
langit bergumpal asap
senja pun risau
imigrasi ke mana
gelisah marga satwa
228.
menanti jatuh
resah kembang kenanga
ranting yang patah
pada garisan takdir
hanya Allah kuasa
229.
angin Desember
flamboyan
berguguran
tanah memerah
tinggal sebuah bangku
penuh dengan kenangan
230.
rembulan sabit
renyuh petikan gitar
di angin malam
romantika yang silam
di lembaran kenangan
231.
hijau kemilau
daun daun tembakau
di lereng bukit
dendang jemari lentik
memetik daun pagi
232.
ratusan burung
terbang melayang layang
merpati kertas
kreatif tunas bangsa
di hari anak anak
233.
langkah bergegas
berpacu dengan waktu
senja ‘kan tiba
tiada ‘kan terlambat
jika dipersiapkan
234.
di bawah bulan
bayangan itu hilang
entah ke mana
ini terakhir kali
tidak bertemu lagi
235.
fajar memancar
cahya jagat lembayung
semesta hening
khusyuk dalam
semadi
membaca sabda alam
236.
di luar vila
angin dingin sekali
di kota batu
ke mana cari s’limut
malam semakin larut
237.
siang yang teduh
gemercik air sungai
di batu batu
sejenak dalam renung
rahmat teramat nikmat
238.
siang berangin
seekor capung hinggap
di ujung lalang
ingat berayun ayun
dalam buayan ibu
239.
di bulan April
menggelar permadani
sakura mekar
teringat ohanami
harum seraut wajah
240.
hati termangu
kala flamboyan rontok
meracik duka
Oktober telah tiba
hati merajut cinta
241.
seribu sungai
banyak jukung berkayuh
seribu parit
penuh sesak bangunan
semakin tampak kumuh
242.
setitik cahya
doa di dalam hening
seribu bulan
menyempurnakan iman
taqwa di malam gasal
243.
melepas petang
daun daun
menghening
suara jangkrik
bergegas kepancuran
menyempurnakan wudhu
244.
ribuan laron
di cahya lampu jalan
riuh lelawa
jalanan pada remang
kota terasa sepi
245.
lirih biola
di gregorian malam
pelagu sunyi
di bawah sinar bulan
ada taman kenangan
246.
di dalam kabut
sekawan burung pulang
tersesat jalan
riuh saling memanggil
makna setia kawan
247.
kecapi petang
antar petani pulang
usai di ladang
gemulai kembang jagung
merdu sekar kinanti
248.
kota pesona
gemerlapan lampion
di malam Chun Jie
dalam cahaya lilin
ingat seraut wajah
249.
Chieko terisak
lari di tirai salju
genggam sakura
masih bertirai salju
April dalam kenangan
250.
menuju arah
hanyalah kunang kunang
penerang langkah
terus juga berjalan
doa dan keyakinan
251.
rahmat dan nikmat
sekerat bingka kentang
buka puasa
basambang dalam surau
gita salawat rasul
252.
di malam gasal
menyambut cahya bulan
doa ampunan
Allah yang akan datang
bagi insan beriman
253.
dan seketika
bulan pada menghilang
di balik awan
angin berhembus kencang
apakah akan hujan ?
254.
di angin petang
sekar daunan bambu
rinduku sayang
sewindu t’lah berlalu
abang di rantau orang
255.
dupa setanggi
tujuh kuntum melati
malam purnama
sembur semburan
kata
rebah di duli cinta
256.
angin membelai
bulan di ujung ranting
rindu berayun
kau kah yang melantunkan
The Moon Represent My Heart
257.
kalbu tafakur
kala surya tenggelam
risalah silam
membangkitakan semangat
di langkah kehidupan
258.
bulan tembaga
jatuh di atas kolam
gelisah pungguk
jatuh tenggelam kelam
jatuh hatinya sunyi
259.
kembang ilalang
putih bukit Meratus
balian surup
hentakan kurung kurung
menyeru turun hujan
260.
air di tebing
terjun ke Lembah Kahung
gemuruh sungai
pada gemuruh sungai
tersimpannya
misteri
261.
bertatah embun
mahkota bunga bunga
harum mewangi
pagi nan elok permai
risau menjadi damai
262.
sawah menguning
dendang rerumpun bambu
hari yang teduh
makan singkong di dangau
nikmat syukur ya Allah
263.
pasar terapung
klotok membawa kita
mencari cinta
pasar terapung sepi
Sungai Barito
sunyi
264.
di pucuk randu
bulan belah semangka
Selasa kliwon
dalam untaian zikir
Allah maha kuasa
265.
sebuah kota
riuh kepak lelawa
memburu laron
lampu lampu jalanan
pada redup dan buram
266.
rembulan emas
getar jiwa merindu
ading di mana
pada sebuah bangku
narasi masya lalu
267.
suatu peron
hujan di akhir tahun
cemas dan harap
stasiun perhentian
waktu keberangkatan
268.
di hari ibu
makna ibu pertiwi
negri tercinta
ibu mencari anak
anak mencari ibu
269.
di majlis ibu
pulang si anak hilang
rindu pertiwi
janganlah anak kandung
menjadi anak tiri
270.
layar digelar
sebelum surya
lengser
jauh ke pulau
menyempurnakan diri
pada jalan hayati
271.
entah siapa
gundah di bangku peron
malam melarut
tak siapa siapa
cuma aku sendiri
272.
tiada cahya
beri aku lilinmu
pada miladku
malam akhir Desember
jangan kau tinggal aku
273.
dari kepompong
seekor kupu kupu
belajar terbang
dari bunga ke bunga
sayap aneka warna
274.
detak jarum jam
sepinya peron Malang
di bangku tunggu
ada yang menyapaku
tajam aroma parfum
275.
aroma parfum
duduk di bangku tunggu
stasiun Gambir
lengkingan puput tiba
kereta api malam
276.
dalam hening zen
membaca tanda jejak
misteri alam
di kedalaman jiwa
maha benar firmannya
277.
dalam titik zen
gemuruh air terjun
rapalan zikir
zikir di batu batu
zikir air mengalir
278.
pada angkasa
spektrum bias gerimis
cahaya jambon
sungguh maha pelukis
pada semesta langit
279.
mebaca ombak
pantai laut selatan
Nyi Roro Kidul
kenduri debur mantra
semburan jumat kliwon
280.
kencangnya angin
laut berubah rupa
camar ke langit
jika takut ‘kan badai
jangan rumah di pantai
281.
bunga Oktober
diteriknya mentari
tetap pesona
kehidupan berjalan
pada garis takdirnya
282.
pasar terapung
nyanyian kehidupan
Sungai Barito
eksotik itu sepi
dihiruk pikuk zaman
283.
di ujung daun
lembut embun menetes
sejuknya hati
beri aku setetes
kata sang kupu kupu
284.
ilung bersyair
di tengah arus sungai
menyisir petang
menyisir ratik ratik
ke mana jukung jukung
285.
pendulang intan
dari pagi ke petang
mengadu nasib
hanya galuh cempaka
yang menjadi impian
286.
riuh salawat
mamicik rupa bungas
Galuh Cempaka
kalau nasib beruntung
niscaya tak kelain
***
Mamicik = mendapat
Rupa bungas =
wajah elok
Galuh Cempaka = nama intan
287.
galuh namanya
tabu menyebut intan
gaib di mata
hidup punya aturan
beradat istiadat
288.
lobang dulangan
mencari kesugihan
ke batas petang
jika bernasib sial
maut akan merenggut
289.
pagi menghantar
sekuntum mawar merah
seraut wajah
harum aroma rindu
lintas jalan Cibodas
290.
suatu rawa
malam seusai hujan
suara katak
bulan perlahan muncul
pada sonata alam
291.
takjub suara
katak
nyanyian alam
di bunga bunga
kangkung
kerumun kunang
kunang
292.
semilir pagi
capung di ujung daun
berayun ayun
ingat berayun napan
rumah bubungan tinggi
293.
di kala bulan
di pucuk pohon persik
dada berdegup
serupa sang kekasih
dalam sonata malam
294.
di tepi kolam
hilang hati nan risau
orkestra katak
mekar bunga teratai
mekar cahaya bulan
295.
murai berkicau
bercumbu dengan surya
di pagi itu
ini terakhir kali
murai itu berkicau
296.
daun gemulai
dibelai angin petang
damai di hati
damai kenangkan ingat
damai lupakan jangan
297.
alam bersabda
belajar dari gagak
kasih dan sayang
dan apa yang dicari
sengketa manusia
298.
di alir sungai
rakit bambu berlabuh
ingat Loksado
di hutan kayu manis
dodol kotaku manis
299.
ayam berkokok
menyeru makna fajar
cahya memancar
syukur Alhamdulillah
masih diberi nafas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar