Kamis, 25 Juli 2024

 

500

pagi nan elok

kupu kupu berayun

di kembang culan

nikmatnya di beranda

segelas kopi panas

 

501

lembayung senja

tampak semakin pudar

 di atas danau

sekawan kerbau kalang

lenguh menuju pulang

 

502

angin mendesis

dalam  panas gerimis

gua Ambulung

sayup bunyi gamelan

lelagu galaganjur

 

503

surya beringsut

ke balik hutan pinus

pelan lembayung

suara burung murai

memecah kesunyian

 

504

perkutut pulang

saat surya bersilam

tinggal sendiri

mencari jalan lurus

dalam renungan senja

 

505

hujan berderai

buram kaca jendela

runtuhan pagi

setangkai bunga anggrek

dalam tiupan angin

 

506

sepasang bebek

terjun ke dalam kolam

air beriak

senyuman kembang kangkung

secerah surya pagi

 

507

pohon ketapang

daunnya berguguran

merah jalanan

riuh bunyi tonggeret

lengang menuju kota

 

508

mendadak kelam

bulan tertutup awan

bersuluh bintang

terus juga berjalan

tertanam keyakinan

 

509

hujan tak reda

sampai ke larut malam

semakin dingin

mimpi deretan becak

di kesunyian kota

 

510

masih terdengar

lirih suara pungguk

di tengah malam

bulan tiada muncul

kota kian menyepi

 

511

kerumun laron

di cahya lampu jalan

riuh lelawa

di balik gugus awan

muncul wajah rembulan

 

512

tangisan kecil

dari kamar bersalin

kumandang azan

langit sinar memancar

lahir lembayung fajar

 

513

di tangkai anggrek

lembut sepoian angin

pesona pagi

nikmat secangkir kopi

berkisah tentang cinta

 

514

di terminal bus

yang ditunggu tak tiba

berhingga senja

pada sebuah bangku

silih berganti duduk

 

515

tampak di langit

hanya gugusan bintang

ke mana bulan

lirih suara pungguk

dikesunyian malam

 

516

pesona sungai

mekarnya kembang ilung

pasang pindua

mencari rumah lanting

di mana tempat lahir

 

517

suatu malam

kelopak mawar rontok

satu persatu

kesedihan yang dalam

mencari jati diri

 

518

kembang sepatu

dikecerahan pagi

angin membelai

elok bayang berayun

dipermukaan kolam

 

519

di atas kota

ratusan burung kertas

melayang layang

di hari anak anak

lahir anak kreatif

 

520

daun gemulai

dalam semilir angin

pagi yang cerah

alam mengucap salam

rahmat dan nikmat Allah

 

521

di kala fajar

apa yang kau dustakan

laut membentang

sejauh pandang mata

tak lah cukup bahasa

 

522

belalang sembah

tangan menadah doa

di ujung senja

melintas padang lalang

kasidah burung pulang

 

523

minum teh tong tji

mengintip seekor koi

di balik batu

ekor mengibas ngibas

di kilau cahya pagi

 

524

di tengah danau

iringan kerbau kalang

pulang ke kandang

dendang jukung berkayuh

petang lembayung teduh

 

525

surya terbenam

ajal siapa tahu

jalan yang lurus

bersyukur bangun pagi

masih melihar fajar

 

526

juwita malam

sapa gerangan tuan

senyuman bulan

sebuah bangku taman

saling menyentuh rasa

 

527

air menetes

di ujung daun dadap

suara bening

langit bertabur bintang

syahdu kasidah alam

 

528

tak surya pagi

kamar terasa hampa

tinggal sendiri

capung di ujung daun

diayun ayun angin

 

529

rerumput sujud

angin mengantar senja

ke pintu kelam

syahdu lantunan azan

di desa kelahiran

 

530

kedai terapung

eksotik tanah Banjar

jukung tambangan

sarapan bingka kentang

nikmatnya kopi panas

 

531.

serumpun ilung

kembang mekar menawan

di air pasang

kota seribu sungai

indah dalam kenangan

 

532

ke mana angin

daunan pada diam

pagi bermuram

dari kaca jendela

bayang burung gereja

 

533

mencari bunga

harumnya karamunting

di taman kota

surya pagi berkisah

tentang bunga kenangan

 

534

sebuah kolam

bunga ilung dan padma

kolaburasi

mekar cahaya pagi

hilang hati yang risau

 

535

rinai halimun

kumandang azan subuh

semesta hening

pada sebuah rumah

lengking tangisan kecil

 

536

tiada terang

hanyalah kunang kunang

di rumpun semak

pada jalan kenangan

dendang pelagu sunyi

 

537

pohon terdiam

entah ke mana kicau

pagi berkabut

pelan cahya mentari

pelan daun bergoyang

 

538

kicauan burung

nikmat seduhan tong tji

beranda pagi

linangan air mata

kasih sayang Illahi

 

539

petang berkabut

jalanan jadi sepi

kota bermurung

pada pohon mahoni

cericit anak burung

 

540

marga bekantan

dari pohon ke pohon

menyeru fajar

dendang jukung berkayuh

ramai pasar terapung

 

541

danding rantauan

dikesunyian bakau

menyisir fajar

tambangan yang berkayuh

mencari rejekinya

 

542

adat badudus

mandi hamil pertama

tiam mandarin

Indonesia kaya

beragam adat budaya

               

543

tertinggal jauh

seekor burung bangau

melintas petang

waktu sangat berharga

meniti kehidupan

 

544

suatu pagi

mawar dalam jambangan

layu terkulai

di ketentraman jiwa

sumber sehatnya raga

 

545

usai membajak

iringan kerbau pulang

di kala petang

damainya kaum tani

nilai sebuah negri

 

546

di hening malam

lantunan surah yassin

bau cendana

menapak kehidupan

makna di akhir jalan

 

547

siang yang teduh

alir sungai di batu

gemercik air

kicauan burung murai

Desa Upau yang permai

 

548

cahaya bulan

terjun ke atas kolam

sepasang katak

sekar soneta alam

eloknya kehidupan

 

549

di ambang petang

angin di rumpun bambu

suara daun

merdu senandung alam

rindu kampung halaman

 

550

di atas kolam

sepasang capung terbang

melayang layang

kilau cahaya pagi

senyum bunga teratai

 

551

pendulang pulang

saat lembayung senja

Desa Cempaka

untung nasib di lobang

mencari kekayaan

 

552

sore membentang

ribuan itik pulang

riuhnya danau

lestari Danau Panggang

sumber kesejahtraan

 

553

mawar merekah

di ayun angin pagi

si bunga desa

di atas ranjang rindu

tidur mimpi gelisah

 

554

mayang mengurai

air bertabur kembang

adat badudus

budaya tanah Banjar

kekal turun temurun

 

555

langit menghitam

hilang bayangan pohon

suara pungguk

angin di rumpun bambu

berkisah tentang rindu

 

556

bausung jinggung

asli adat pusaka

pengantin Banjar

makna adat budaya

kerukunan banua

 

557

menyebrang jalan

titian batang bambu

pagi berkabut

nasib pada seorang

bukan suatu takdir

 

558

burung merpati

terbang di atas kota

pesona pagi

daun mengucap salam

assalamualaikum

 

559

daun bergoyang

hikmat mengucap salam

selamat pagi

rahmat dan nikmat Allah

maha benar firmannya

 

560

lembayung petang

kilau di alir air

sungai Barito

tambangan yang berkayuh

usai mengadu nasib

 

561

danding kuriding

dari hulu Bakumpai

mengantar senja

lama di rantau orang

rindu banua Banjar

 

562

sehangat pagi

nikmat segelas kopi

jukung tambangan

di Desa Lok Baintan

ramai pasar terapung

 

563

tunas kelapa

ditanam di halaman

sewaktu fajar

hidup nama terpuji

harum sampai kemati

 

564

di hutan pinus

berembus angin malam

suara daun

di luar makin kelam

dingin makin mencengkam

 

565

cahaya pagi

jatuh ke segelas teh

seraut wajah

sekuntum mawar merah

bercumbu dengan angin

 

566

lembayung fajar

di arus sungai Tabuk

jukung berlabuh

jiwa kayuh baimbai

adat tanah pusaka

 

567

panas gerimis

spektrum busur pelangi

pesona langit

tiada melebihi

maha lukisan Allah

 

568

di kala pagi

mawar dalam jambangan

terkulai layu

pada jiwa yang tentram

tidur pun akan nyenyak

 

569

di atas rawa

bulan tampak seiris

riuhnya katak

nikmat senandung alam

hilang hati nan risau

 

570

di kaki langit

lembayung kian susut

senja tetirah

memakna perjalanan

setiap persinggahan

 

571

kerumun laron

pada lampu jalanan

gelepar sayap

dalam sujud sajadah

mengejar cahayamu

 

572

di pintu malam

sebuah rumah tua

riuh lelawa

hanyalah kebaikan

bekal di kala ajal

 

573

putih kemilau

bermanik embun pagi

mekar melati

jiwa raga yang bugar

hidup lebih bernilai

 

574

fajar memancar

hening alam semesta

ayam berkokok

tafakur murakabah

pada sajadah subuh

 

575

jukung berdanding

lantun pantun tarasul

pulang di petang

adat jangan dibuang

tertanam dalam jiwa

 

576

halimun renyai

memutih dedaunan

hutan Meratus

harumnya kayu manis

merdu suara enggang

 

577

makan lalapan

urap kangkung kalakai

nikmat sarapan

kehidupan di desa

warga yang sederhana

 

578

semakin jauh

lambaian sapu tangan

dermaga senja

layar sudah terkembang

tidak perlu berpaling

 

579

di kabel listrik

beruntai burung layang

malam bertasbih

mendengarkan keluhan

orang tak punya rumah

 

580

ada jeritan

di dalam hujan deras

pesawat kertas

mahalnya pendidikan

banyaknya pengangguran

 

581

rang girang girang

kuranji lah pirawas

nandung taganang

hati sedang kasmaran

rindu menyeru kasih

 

582

bungkam kam bungkam

bangkai mati nyawa tak

tidak berjiwa

malam seribu gelap

baja perisai diri

 

583

pur pur sinupur

aku bawa bapupur

di bulan terang

siapa memandangku

jatuh hati padaku

 

584

ehei Batara

Hiyang sing parang maya

ruh angin tarbang

tak dapat dimaafkan

selain oleh maut

 

585

mandau sang hiyang

kucucuk tanah malai

tarbang ka langit

tak dapat bersembunyi

walau selobang jarum

 

586

padang  mandura

ruh padang mandurasi

bernyawa tunduk

putus urat seribu

tubuh rontok ke bumi

 

587

ratusan tahun

asalnya sarang elang

buluh perindu

tiada kan bersanding

maka maut maharnya

 

588

Nur namanya nur

Nur di empat belas nur

Bulan purnama

Sapa yang memandangku

Rebah roboh imannya

 

589

tidak  berpisah

kulit dengan dagingnya

borag tunggangan

tak kan bisa selingkuh

erat dengan badanku

 

590

glugur swaraku

macan putih awakku

macannya Allah

dentum petir di langit

sunyi alam semesta

 

591

di kala pagi

entah ke mana burung

sunyi suara

negri punya pemimpin

tiada berkhalifah

 

592

riuh suara

dikesunyian malam

katak di kolam

terasa dalam kalbu

nikmat nyanyian alam

 

593

bulan mengapung

di waduk Riam Kanan

suara turbin

air di waktu hujan

melompat dari tebing

 

594

pelan menyingsing

lembayung nun di timur

sajadah subuh

di dalam cahya itu

lunas segala rindu

 

595

terus berjalan

sebelum surya silam

sampai tujuan

doa setiap nafas

sehat ruhui rahayu

 

596

perlahan lahan

rembulan itu muncul

kolam purnama

setelah usai hujan

ramai soneta katak

 

597

kembang selasih

gemulai pada tangkai

pesona pagi

diketentraman jiwa

pangkal raga yang sehat

 

598

di sore itu

selembar daun luruh

tenang dan damai

pulang kehadiratnya

bekal iman dan amal

 

599

rembulan pagi

tatkala embun kering

berwajah pucat

orang teramat jelek

yang mengaku pahlawan

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi  Ruang Hening 1500 Tanka Indonesia Ilustrasi Cover : Alvin Shul Vatrick Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru...