500
pagi nan elok
kupu kupu berayun
di kembang culan
nikmatnya di beranda
segelas kopi panas
501
lembayung senja
tampak semakin pudar
di atas danau
sekawan kerbau kalang
lenguh menuju pulang
502
angin mendesis
dalam panas
gerimis
gua Ambulung
sayup bunyi gamelan
lelagu galaganjur
503
surya beringsut
ke balik hutan pinus
pelan lembayung
suara burung murai
memecah kesunyian
504
perkutut pulang
saat surya bersilam
tinggal sendiri
mencari jalan lurus
dalam renungan senja
505
hujan berderai
buram kaca jendela
runtuhan pagi
setangkai bunga anggrek
dalam tiupan angin
506
sepasang bebek
terjun ke dalam kolam
air beriak
senyuman kembang kangkung
secerah surya pagi
507
pohon ketapang
daunnya berguguran
merah jalanan
riuh bunyi tonggeret
lengang menuju kota
508
mendadak kelam
bulan tertutup awan
bersuluh bintang
terus juga berjalan
tertanam keyakinan
509
hujan tak reda
sampai ke larut malam
semakin dingin
mimpi deretan becak
di kesunyian kota
510
masih terdengar
lirih suara pungguk
di tengah malam
bulan tiada muncul
kota kian menyepi
511
kerumun laron
di cahya lampu jalan
riuh lelawa
di balik gugus awan
muncul wajah rembulan
512
tangisan kecil
dari kamar bersalin
kumandang azan
langit sinar memancar
lahir lembayung fajar
513
di tangkai anggrek
lembut sepoian angin
pesona pagi
nikmat secangkir kopi
berkisah tentang cinta
514
di terminal bus
yang ditunggu tak tiba
berhingga senja
pada sebuah bangku
silih berganti duduk
515
tampak di langit
hanya gugusan bintang
ke mana bulan
lirih suara pungguk
dikesunyian malam
516
pesona sungai
mekarnya kembang ilung
pasang pindua
mencari rumah lanting
di mana tempat lahir
517
suatu malam
kelopak mawar rontok
satu persatu
kesedihan yang dalam
mencari jati diri
518
kembang sepatu
dikecerahan pagi
angin membelai
elok bayang berayun
dipermukaan kolam
519
di atas kota
ratusan burung kertas
melayang layang
di hari anak anak
lahir anak kreatif
520
daun gemulai
dalam semilir angin
pagi yang cerah
alam mengucap salam
rahmat dan nikmat Allah
521
di kala fajar
apa yang kau dustakan
laut membentang
sejauh pandang mata
tak lah cukup bahasa
522
belalang sembah
tangan menadah doa
di ujung senja
melintas padang lalang
kasidah burung pulang
523
minum teh tong tji
mengintip seekor koi
di balik batu
ekor mengibas ngibas
di kilau cahya pagi
524
di tengah danau
iringan kerbau kalang
pulang ke kandang
dendang jukung berkayuh
petang lembayung teduh
525
surya terbenam
ajal siapa tahu
jalan yang lurus
bersyukur bangun pagi
masih melihar fajar
526
juwita malam
sapa gerangan tuan
senyuman bulan
sebuah bangku taman
saling menyentuh rasa
527
air menetes
di ujung daun dadap
suara bening
langit bertabur bintang
syahdu kasidah alam
528
tak surya pagi
kamar terasa hampa
tinggal sendiri
capung di ujung daun
diayun ayun angin
529
rerumput sujud
angin mengantar senja
ke pintu kelam
syahdu lantunan azan
di desa kelahiran
530
kedai terapung
eksotik tanah Banjar
jukung tambangan
sarapan bingka kentang
nikmatnya kopi panas
531.
serumpun ilung
kembang mekar menawan
di air pasang
kota seribu sungai
indah dalam kenangan
532
ke mana angin
daunan pada diam
pagi bermuram
dari kaca jendela
bayang burung gereja
533
mencari bunga
harumnya karamunting
di taman kota
surya pagi berkisah
tentang bunga kenangan
534
sebuah kolam
bunga ilung dan padma
kolaburasi
mekar cahaya pagi
hilang hati yang risau
535
rinai halimun
kumandang azan subuh
semesta hening
pada sebuah rumah
lengking tangisan kecil
536
tiada terang
hanyalah kunang kunang
di rumpun semak
pada jalan kenangan
dendang pelagu sunyi
537
pohon terdiam
entah ke mana kicau
pagi berkabut
pelan cahya mentari
pelan daun bergoyang
538
kicauan burung
nikmat seduhan tong tji
beranda pagi
linangan air mata
kasih sayang Illahi
539
petang berkabut
jalanan jadi sepi
kota bermurung
pada pohon mahoni
cericit anak burung
540
marga bekantan
dari pohon ke pohon
menyeru fajar
dendang jukung berkayuh
ramai pasar terapung
541
danding rantauan
dikesunyian bakau
menyisir fajar
tambangan yang berkayuh
mencari rejekinya
542
adat badudus
mandi hamil pertama
tiam mandarin
Indonesia kaya
beragam adat budaya
543
tertinggal jauh
seekor burung bangau
melintas petang
waktu sangat berharga
meniti kehidupan
544
suatu pagi
mawar dalam jambangan
layu terkulai
di ketentraman jiwa
sumber sehatnya raga
545
usai membajak
iringan kerbau pulang
di kala petang
damainya kaum tani
nilai sebuah negri
546
di hening malam
lantunan surah yassin
bau cendana
menapak kehidupan
makna di akhir jalan
547
siang yang teduh
alir sungai di batu
gemercik air
kicauan burung murai
Desa Upau yang permai
548
cahaya bulan
terjun ke atas kolam
sepasang katak
sekar soneta alam
eloknya kehidupan
549
di ambang petang
angin di rumpun bambu
suara daun
merdu senandung alam
rindu kampung halaman
550
di atas kolam
sepasang capung terbang
melayang layang
kilau cahaya pagi
senyum bunga teratai
551
pendulang pulang
saat lembayung senja
Desa Cempaka
untung nasib di lobang
mencari kekayaan
552
sore membentang
ribuan itik pulang
riuhnya danau
lestari Danau Panggang
sumber kesejahtraan
553
mawar merekah
di ayun angin pagi
si bunga desa
di atas ranjang rindu
tidur mimpi gelisah
554
mayang mengurai
air bertabur kembang
adat badudus
budaya tanah Banjar
kekal turun temurun
555
langit menghitam
hilang bayangan pohon
suara pungguk
angin di rumpun bambu
berkisah tentang rindu
556
bausung jinggung
asli adat pusaka
pengantin Banjar
makna adat budaya
kerukunan banua
557
menyebrang jalan
titian batang bambu
pagi berkabut
nasib pada seorang
bukan suatu takdir
558
burung merpati
terbang di atas kota
pesona pagi
daun mengucap salam
assalamualaikum
559
daun bergoyang
hikmat mengucap salam
selamat pagi
rahmat dan nikmat Allah
maha benar firmannya
560
lembayung petang
kilau di alir air
sungai Barito
tambangan yang berkayuh
usai mengadu nasib
561
danding kuriding
dari hulu Bakumpai
mengantar senja
lama di rantau orang
rindu banua Banjar
562
sehangat pagi
nikmat segelas kopi
jukung tambangan
di Desa Lok Baintan
ramai pasar terapung
563
tunas kelapa
ditanam di halaman
sewaktu fajar
hidup nama terpuji
harum sampai kemati
564
di hutan pinus
berembus angin malam
suara daun
di luar makin kelam
dingin makin mencengkam
565
cahaya pagi
jatuh ke segelas teh
seraut wajah
sekuntum mawar merah
bercumbu dengan angin
566
lembayung fajar
di arus sungai Tabuk
jukung berlabuh
jiwa kayuh baimbai
adat tanah pusaka
567
panas gerimis
spektrum busur pelangi
pesona langit
tiada melebihi
maha lukisan Allah
568
di kala pagi
mawar dalam jambangan
terkulai layu
pada jiwa yang tentram
tidur pun akan nyenyak
569
di atas rawa
bulan tampak seiris
riuhnya katak
nikmat senandung alam
hilang hati nan risau
570
di kaki langit
lembayung kian susut
senja tetirah
memakna perjalanan
setiap persinggahan
571
kerumun laron
pada lampu jalanan
gelepar sayap
dalam sujud sajadah
mengejar cahayamu
572
di pintu malam
sebuah rumah tua
riuh lelawa
hanyalah kebaikan
bekal di kala ajal
573
putih kemilau
bermanik embun pagi
mekar melati
jiwa raga yang bugar
hidup lebih bernilai
574
fajar memancar
hening alam semesta
ayam berkokok
tafakur murakabah
pada sajadah subuh
575
jukung berdanding
lantun pantun tarasul
pulang di petang
adat jangan dibuang
tertanam dalam jiwa
576
halimun renyai
memutih dedaunan
hutan Meratus
harumnya kayu manis
merdu suara enggang
577
makan lalapan
urap kangkung kalakai
nikmat sarapan
kehidupan di desa
warga yang sederhana
578
semakin jauh
lambaian sapu tangan
dermaga senja
layar sudah terkembang
tidak perlu berpaling
579
di kabel listrik
beruntai burung layang
malam bertasbih
mendengarkan keluhan
orang tak punya rumah
580
ada jeritan
di dalam hujan deras
pesawat kertas
mahalnya pendidikan
banyaknya pengangguran
581
rang girang girang
kuranji lah pirawas
nandung taganang
hati sedang kasmaran
rindu menyeru kasih
582
bungkam kam bungkam
bangkai mati nyawa tak
tidak berjiwa
malam seribu gelap
baja perisai diri
583
pur pur sinupur
aku bawa bapupur
di bulan terang
siapa memandangku
jatuh hati padaku
584
ehei Batara
Hiyang sing parang maya
ruh angin tarbang
tak dapat dimaafkan
selain oleh maut
585
mandau sang hiyang
kucucuk tanah malai
tarbang ka langit
tak dapat bersembunyi
walau selobang jarum
586
padang mandura
ruh padang mandurasi
bernyawa tunduk
putus urat seribu
tubuh rontok ke bumi
587
ratusan tahun
asalnya sarang elang
buluh perindu
tiada kan bersanding
maka maut maharnya
588
Nur namanya nur
Nur di empat belas nur
Bulan purnama
Sapa yang memandangku
Rebah roboh imannya
589
tidak berpisah
kulit dengan dagingnya
borag tunggangan
tak kan bisa selingkuh
erat dengan badanku
590
glugur swaraku
macan putih awakku
macannya Allah
dentum petir di langit
sunyi alam semesta
591
di kala pagi
entah ke mana burung
sunyi suara
negri punya pemimpin
tiada berkhalifah
592
riuh suara
dikesunyian malam
katak di kolam
terasa dalam kalbu
nikmat nyanyian alam
593
bulan mengapung
di waduk Riam Kanan
suara turbin
air di waktu hujan
melompat dari tebing
594
pelan menyingsing
lembayung nun di timur
sajadah subuh
di dalam cahya itu
lunas segala rindu
595
terus berjalan
sebelum surya silam
sampai tujuan
doa setiap nafas
sehat ruhui rahayu
596
perlahan lahan
rembulan itu muncul
kolam purnama
setelah usai hujan
ramai soneta katak
597
kembang selasih
gemulai pada tangkai
pesona pagi
diketentraman jiwa
pangkal raga yang sehat
598
di sore itu
selembar daun luruh
tenang dan damai
pulang kehadiratnya
bekal iman dan amal
599
rembulan pagi
tatkala embun kering
berwajah pucat
orang teramat jelek
yang mengaku pahlawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar