1100
akhir hidupnya
tak kenal sesiapa
semua fana
selembar daun luruh
tidak sempat beraduh
1101
bayangan itu
tampak di bawah bulan
kembali lenyap
menanamkan harapan
dikedalaman angan
1102
mentari jatuh
sungai mengalir deras
impian hanyut
langkah sekian entah
luput segala arah
1103
semakin malam
suara burung pungguk
semakin lirih
bulan entah ke mana
cuma kerlipan bintang
1104
bunga kemuning
jatuh sangkut ke tubuh
bangku yang sunyi
di angin muson timur
gelisah kala tidur
1105
petapa sunyi
sang pohon kariwaya
penjaga gunung
mistis ratusan tahun
di Gunung Halau Halau
1106
ingat Alam Roh
kawah semangat juang
di tanah Banjar
orang tak pernah tahu
muasal negri ini
1107
seiris bulan
jatuh ke dalam kolam
disambar katak
senyum bunga teratai
ketika hujan usai
1108
di pelataran
cahya purnama bulan
petik kecapi
bangku tidak berdua
buka lembaran lama
1109
pohon angsana
begitu sunyi dan sepi
di malam hari
jarang orang yang lewat
di jalan sudut kota
1110
kaki melangkah
tertanam keyakinan
sebelum senja
di jalan yang membentang
bismillah awal langkah
1111
dundang rantauan
jukung pancarakinan
di tengah fajar
kayuh mengadu nasib
nasib pasar terapung
1112
di rumpun bakau
bekantan berteriak
memanggil surya
ke mana kubur sungai
kota seribu sungai
1113
di balik daun
capung merah bergayut
gerimis pagi
lesu geliat kota
dalam guyuran sepi
1114
ratusan bebek
giring pulang ke kandang
menjelang senja
dendang penanjak sampan
di danau kehidupan
1115
rumpun kalakai
subur di tanah gambut
sayur lalapan
tanah di tepi jalan
bertumbuhan bangunan
1116
perahu laju
ditiup angin darat
para nelayan
lantera di tengah laut
jiwa tak pernah surut
1117
di depan rumah
mekar cempaka merah
malam mewangi
ketika ingin tidur
ada senyuman manis
1118
di kulminasi
rindu hakikat cinta
ya Jabal Rahmah
sejuknya matahari
maha benar firmannya
1119
surya lembayung
di hamparan Arafah
doa menadah
air mata berlinang
fakir di dalam zikir
1120
ribuan doa
diterbangkan merpati
ke puncak maha
dalam masjid Nabawi
bersimpuh dalam cinta
1121
setiap pagi
murai di dalam sangkar
bernyanyi nyanyi
angin puting beliung
rumah porak poranda
1122
pagi yang sunyi
perkutut dalam sangkar
pintu terbuka
sangkar adalah jasad
burung hakikatnya ruh
1123
kuncup merekah
lahir sekuntum bunga
bertatah embun
mawar di dalam mimpi
wangi sampai ke pagi
1124
suara daun
angin malam berembus
bulan berawan
becak masih dikayuh
demam di balik mantel
1125
kemana owa
sunyi hutan Borneo
suara pagi
sesayup teriakan
dari lembah Meratus
1126
alunan ombak
pecah sepanjang pantai
buih merintih
surya beranjak lengser
dalam narasi laut
1127
iblis bersuka
tatkala hujan turun
subuh pun dingin
azan terus menyeru
bagi orang yang lelap
1128
silir semilir
harum kembang lengkuas
aroma pagi
puluhan kupu kupu
terbang di tengah angin
1129
mentari masuk
gelap jadi mencair
gubuk usia
kesunyian yang tenang
merekam picture alam
1130
rerumpun daun
bagai sekar kuriding
senja semilir
dendang di hulu banyu
dari tanah Bakumpai
1131
bukit ilalang
bertiup angin lembah
ombak memutih
gema seruan dayak
teriak burung enggang
1132
mamang balian
kenduri aruh ganal
silaturahmi
adat rakat mupakat
adat turun temurun
1133
musim mangatam
huma saluas pandang
hamparan amas
kur sumangat banua
sugih kindai limpuar
1134
lintas angin fohn
serupa kabut putih
kembang ilalang
suara batu jatuh
riuh di dalam jurang
1135
siang manggantang
meletup buah kapas
angin pun putih
dangau di tengah kebun
sekar denting kecapi
1136
bulan di awan
deraian hutan pinus
kota terlelap
ada suara dengkur
di balik tirai becak
1137
duduk bersila
dikedalaman sunyi
gerimis malam
menggali dalam diri
ke mana kan kembali
1138
bulan sesabit
lintas kepak lelawa
menebar sunyi
ada lantun al furqan
kalbu terasa tentram
1139
menyingkap makna
di balik tirai hujan
hakikat hayat
hidup tak waktu mati
mati tak waktu hidup
1140
gumpalan kabut
asap membubung tinggi
hutan terbakar
sekawan bangau sesat
menuju arah pulang
1141
terbang melayang
aneka kupu kupu
di taman pagi
mekar aneka bunga
kilau mahkota embun
1142
suara rintik
jatuh di atas atap
teringat Yogya
malam Malioboro
sekar tembang kinanthi
1143
angin di daun
puput di cangkang malam
serupa tangis
di atas ranjang waktu
risau pelagu rindu
1144
derai halimun
jatuh di daun talas
butiran bening
antara dua gunung
mekar warna lembayung
1145
senja beranjak
laut warna lembayung
ombak kemilau
riuh suara camar
ke tebing tebing batu
1146
kejaran ombak
pecah di bibir pantai
senja mendesir
laju sampan nelayan
para penakluk laut
1147
tatkala ombak
usai mencium pantai
nikmatnya senyap
mentari yang bersenja
ranum wajah samudra
1148
siul ketilang
di rumpun pohon kopi
petang membentang
lentik jari sang dara
memetik buah murbei
1149
anak belibis
riuh memanggil induk
paya berkabut
asap belukar hangus
lelatu beterbangan
1150
suara pungguk
dikegelapan malam
sunyi mencengkam
kota kian terlelap
dalam misteri mimpi
1151
di punggung kerbau
berkerumunan langau
burung berpesta
hidup bersimbiosis
damai dunia ini
1152
pergi ke mana
marga satwa yang panik
hutan terbakar
pada pohon meranti
bubut baru menetas
1153
cahaya pagi
merona buah anggur
bergelantungan
senyum perawan desa
semanis anggur merah
1154
hari puisi
untaian kata indah
jagat punyangga
tidak mengenal musim
bersastra bahagia
1155
sebuah kolam
riuh simponi katak
hari puisi
mekar bunga teratai
mengharum ayat haiku
1156
hari puisi
dendang rerumpun ilung
di sungai pasang
alir sungai Barito
untai syair madihin
1157
hujan berlari
masuk ke dalam kota
orang pun panik
cahya kilat di langit
dan guntur menggelegar
1158
petir menyambar
roboh pohon mahoni
jalanan macet
kota menjadi sepi
hujan mengguyur deras
1159
mendung bergulung
pepohonan yang panik
hujan gemuruh
angin kencang bertiup
membelah jantung kota
1160
mentari senja
kala angin semilir
rumput berzikir
dalam diri tafakur
tak habis kata syukur
1161
kolam berair
katak pun berlompatan
nyanyian syukur
dikesunyian malam
kerlip gugusan bintang
1162
di bawah payung
gerimis tambah deras
jalan bergegas
menuju arah pulang
lampu jalanan padam
1163
rembulan jatuh
di rimbun daun dadap
bayangan lenyap
sunyi di pelataran
dingin segelas kopi
1164
melesat jatuh
cahaya dari langit
wahana apa
kaum pesyirik itu
dilontar panah api
1165
di kaki langit
mentari kian sujud
sajadah laut
ombak di tebing batu
syahdu alunan takbir
1166
menghias rawa
mekar kembang gulinggang
rebutan kumbang
elok perawan desa
tanpa polesan make up
1167
subuh menjelang
aroma harum bunga
mawar merekah
menyambut azan tiba
hening alam semesta
1168
semesta alam
hening dalam tafakur
ayam berkokok
nikmatnya solat subuh
membuka pintu rizki
1169
duduk bersimpuh
menyambut azan subuh
diri yang fakir
nikmat tiada dusta
rahmat tiada tara
1170
Seekor capung
Sujud di atas daun
azan mengalun
membuka pintu subuh
pintu rahmat dan nikmat
1171
seteguk air
nikmat dalam dahaga
buka puasa
terima kasih ya rabb
atas karuniamu
1172
terus berjalan
sebelum senja tiba
musafir fakir
demi di Jabal Rahmah
tempat rindu tetirah
1173
pancaran cahya
matahari yang sejuk
Padang Arafah
berlinang air mata
dikedalaman zikir
1174
anak kelinci
di padang rerumputan
berlari kecil
kilau mentari pagi
di bulu bulu putih
1175
di rimbun daun
sepasang mata bening
anak bekantan
maskot tanah Borneo
sudah semakin langka
1176
mencari sungai
kota seribu sungai
cerita dongeng
semakin langka kisah
pengantar anak tidur
1177
dikehidupan
roda zaman berputar
modernisasi
mencari rumah Banjar
rumah bubungan tinggi
1178
di pekarangan
memerah buah kersen
obat mujarab
teringat masa kanak
tempat main rumahan
1179
angin bertiup
kapas terbang melayang
ke mana mana
kebun kebun memutih
desa yang sejahtera
1180
bongkahan batu
jatuh ke bawah tebing
suara gaduh
landak bangun mendadak
entah lari ke mana
1181
suara beduk
membuka pintu magrib
desa yang damai
menyempurnakan wudhu
sejuk air pancuran
1182
tiada bulan
hanya kerlipan bintang
rindu melangkah
menyusur tepi sungai
dikesunyian lanting
1183
sunyi sekali
entah ke mana burung
pagi pun murung
pada sebuah taman
flamboyan berguguran
1184
suara jangkrik
membuka pintu malam
lantun zikrillah
dikedalaman diri
membasuh debu kalbu
1185
menapak tilas
Pegunungan Meratus
ke Halau Halau
apa yang kau saksikan
balian telah mati
1186
anging mamiri
konser desir di pantai
ombak Pagatan
pesta mappanretasi
April membiru laut
1187
tak putus asa
langkah terus menapak
payung terkembang
hujan belum berhenti
jalan mesti ditempuh
1188
panjatan doa
di hamparan sajadah
subuh yang khusyuk
cahya fajar lembayung
salam ayam berkokok
1189
ke mana surya
langit mendung tergantung
bubus kemenyan
balai adat yang sepi
mamang balian sunyi
1190
yulan yalalin
dendang jukung berlabuh
mengayuh fajar
tepian mana singgah
menyimpan duka lara
1191
sepasang angsa
berebut cahya pagi
riak dan ombak
air danau kemilau
bersunting bunga padma
1192
kembang sepatu
runduk di tepi jalan
tak ada kumbang
duka seorang dara
dari jendela kaca
1193
bamandi mandi
air aneka bunga
adat badudus
duduk di pelaminan
wangi dupa setanggi
1194
adat batimung
minyak likat baburih
calon pengantin
wajah memutih kuning
senyum harum kesturi
1195
di ujung daun
bening embun bergantung
bunyi menetes
di relung sunyi pagi
sepi daunan murbei
1196
ini terakhir
bayangan bulan kelam
tak lagi tangis
tak lagi kan dikenang
hari hari yang silam
1197
merajut cinta
meracik duka lara
pelukan bulan
masih terdengar jelas
tembang juwita malam
1198
air mengalir
dari atap yang bocor
rumah anjungan
banyak orang mengaku
asli orang banua
1199
suatu malam
melintas rumah tua
bau cendana
ratusan gagak terbang
menutup cahya bulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar