Kamis, 25 Juli 2024

 

1100

akhir hidupnya

tak kenal sesiapa

semua fana

selembar daun luruh

tidak sempat beraduh

 

1101

bayangan itu

tampak di bawah bulan

kembali lenyap

menanamkan harapan

dikedalaman angan

1102

mentari jatuh

sungai mengalir deras

impian hanyut

langkah sekian entah

luput segala arah

 

1103

semakin malam

suara burung pungguk

semakin lirih

bulan entah ke mana

cuma kerlipan bintang

 

1104

bunga kemuning

jatuh sangkut ke tubuh

bangku yang sunyi

di angin muson timur

gelisah kala tidur

 

1105

petapa sunyi

sang pohon kariwaya

penjaga gunung

mistis ratusan tahun

di Gunung Halau Halau

 

1106

ingat Alam Roh

kawah semangat juang

di tanah Banjar

orang tak pernah tahu

muasal negri ini

 

1107

seiris bulan

jatuh ke dalam kolam

disambar katak

senyum bunga teratai

ketika hujan usai

 

1108

di pelataran

cahya purnama bulan

petik kecapi

bangku tidak berdua

buka lembaran lama

 

1109

pohon angsana

begitu sunyi dan sepi

di malam hari

jarang orang yang lewat

di jalan sudut kota

 

1110

kaki melangkah

tertanam keyakinan

sebelum senja

di jalan yang membentang

bismillah awal langkah

 

1111

dundang rantauan

jukung pancarakinan

di tengah fajar

kayuh mengadu nasib

nasib pasar terapung

 

1112

di rumpun bakau

bekantan berteriak

memanggil surya

ke mana kubur sungai

kota seribu sungai

 

1113

di balik daun

capung merah bergayut

gerimis pagi

lesu geliat kota

dalam guyuran sepi

 

1114

ratusan bebek

giring pulang ke kandang

menjelang senja

dendang penanjak sampan

di danau kehidupan

 

1115

rumpun kalakai

subur di tanah gambut

sayur lalapan

tanah di tepi jalan

bertumbuhan bangunan

 

1116

perahu laju

ditiup angin darat

para nelayan

lantera di tengah laut

jiwa tak pernah surut

 

1117

di depan rumah

mekar cempaka merah

malam mewangi

ketika ingin tidur

ada senyuman manis

 

1118

di kulminasi

rindu hakikat cinta

ya Jabal Rahmah

sejuknya matahari

maha benar firmannya

 

1119

surya lembayung

di hamparan Arafah

doa menadah

air mata berlinang

fakir di dalam zikir

 

1120

ribuan doa

diterbangkan merpati

ke puncak maha

dalam masjid Nabawi

bersimpuh dalam cinta

 

1121

setiap pagi

murai di dalam sangkar

bernyanyi nyanyi

angin puting beliung

rumah porak poranda

 

1122

pagi yang sunyi

perkutut dalam sangkar

pintu terbuka

sangkar adalah jasad

burung hakikatnya ruh

 

1123

kuncup merekah

lahir sekuntum bunga

bertatah embun

mawar di dalam mimpi

wangi sampai ke pagi

1124

suara daun

angin malam berembus

bulan berawan

becak masih dikayuh

demam di balik mantel

 

1125

kemana owa

sunyi hutan Borneo

suara pagi

sesayup teriakan

dari lembah Meratus

 

1126

alunan ombak

pecah sepanjang pantai

buih merintih

surya beranjak lengser

dalam narasi laut

 

1127

iblis bersuka

tatkala hujan turun

subuh pun dingin

azan terus menyeru

bagi orang yang lelap

 

1128

silir semilir

harum kembang lengkuas

aroma pagi

puluhan kupu kupu

terbang di tengah angin

 

1129

mentari masuk

gelap jadi mencair

gubuk usia

kesunyian yang tenang

merekam picture alam

 

1130

rerumpun daun

bagai sekar kuriding

senja semilir

dendang di hulu banyu

dari tanah Bakumpai

 

1131

bukit ilalang

bertiup angin lembah

ombak memutih

gema seruan dayak

teriak burung enggang

 

1132

mamang balian

kenduri aruh ganal

silaturahmi

adat rakat mupakat

adat turun temurun

 

1133

musim mangatam

huma saluas pandang

hamparan amas

kur sumangat banua

sugih kindai limpuar

 

1134

lintas angin fohn

serupa kabut putih

kembang ilalang

suara batu jatuh

riuh di dalam jurang

 

1135

siang manggantang

meletup buah kapas

angin pun putih

dangau di tengah kebun

sekar denting kecapi

 

1136

bulan di awan

deraian hutan pinus

kota terlelap

ada suara dengkur

di balik tirai becak

 

1137

duduk bersila

dikedalaman sunyi

gerimis malam

menggali dalam diri

ke mana kan kembali

 

1138

bulan sesabit

lintas kepak lelawa

menebar sunyi

ada lantun al furqan

kalbu terasa tentram

 

1139

menyingkap makna

di balik tirai hujan

hakikat hayat

hidup tak waktu mati

mati tak waktu hidup

 

1140

gumpalan kabut

asap membubung tinggi

hutan terbakar

sekawan bangau sesat

menuju arah pulang

 

1141

terbang melayang

aneka kupu kupu

di taman pagi

mekar aneka bunga

kilau mahkota embun

 

1142

suara rintik

jatuh di atas atap

teringat Yogya

malam Malioboro

sekar tembang kinanthi

               

1143

angin di daun

puput di cangkang malam

serupa tangis

di atas ranjang waktu

risau pelagu rindu

 

1144

derai halimun

jatuh di daun talas

butiran bening

antara dua gunung

mekar warna lembayung

 

1145

senja beranjak

laut warna lembayung

ombak kemilau

riuh suara camar

ke tebing tebing batu

 

1146

kejaran ombak

pecah di bibir pantai

senja mendesir

laju sampan nelayan

para penakluk laut

 

1147

tatkala ombak

usai mencium pantai

nikmatnya senyap

mentari yang bersenja

ranum wajah samudra

 

1148

siul ketilang

di rumpun pohon kopi

petang membentang

lentik jari sang dara

memetik buah murbei

 

1149

anak belibis

riuh memanggil induk

paya berkabut

asap belukar hangus

lelatu beterbangan

 

1150

suara pungguk

dikegelapan malam

sunyi mencengkam

kota kian terlelap

dalam misteri mimpi

 

1151

di punggung kerbau

berkerumunan langau

burung berpesta

hidup bersimbiosis

damai dunia ini

 

1152

pergi ke mana

marga satwa yang panik

hutan terbakar

pada pohon meranti

bubut baru menetas

 

1153

cahaya pagi

merona buah anggur

bergelantungan

senyum perawan desa

semanis anggur merah

 

1154

hari puisi

untaian kata indah

jagat punyangga

tidak mengenal musim

bersastra bahagia

 

1155

sebuah kolam

riuh simponi katak

hari puisi

mekar bunga teratai

mengharum ayat haiku

 

1156

hari puisi

dendang rerumpun ilung

di sungai pasang

alir sungai Barito

untai syair madihin

 

1157

hujan berlari

masuk ke dalam kota

orang pun panik

cahya kilat di langit

dan guntur menggelegar

 

1158

petir menyambar

roboh pohon mahoni

jalanan macet

kota menjadi sepi

hujan mengguyur deras

 

1159

mendung bergulung

pepohonan yang panik

hujan gemuruh

angin kencang bertiup

membelah jantung kota

 

1160

mentari senja

kala angin semilir

rumput berzikir

dalam diri tafakur

tak habis kata syukur

               

1161

kolam berair

katak pun berlompatan

nyanyian syukur

dikesunyian malam

kerlip gugusan bintang

 

1162

di bawah payung

gerimis tambah deras

jalan bergegas

menuju arah pulang

lampu jalanan padam

 

1163

rembulan jatuh

di rimbun daun dadap

bayangan lenyap

sunyi di pelataran

dingin segelas kopi

 

1164

melesat jatuh

cahaya dari langit

wahana apa

kaum pesyirik itu

dilontar panah api

 

1165

di kaki langit

mentari kian sujud

sajadah laut

ombak di tebing batu

syahdu alunan takbir

 

1166

menghias rawa

mekar kembang gulinggang

rebutan kumbang

elok perawan desa

tanpa polesan make up

 

1167

subuh menjelang

aroma harum bunga

mawar merekah

menyambut azan tiba

hening alam semesta

 

1168

semesta alam

hening dalam tafakur

ayam berkokok

nikmatnya solat subuh

membuka pintu rizki

 

1169

duduk bersimpuh

menyambut azan subuh

diri yang fakir

nikmat tiada dusta

rahmat tiada tara

 

1170

Seekor capung

Sujud di atas daun

azan mengalun

membuka pintu subuh

pintu rahmat dan nikmat 

 

1171

seteguk air

nikmat dalam dahaga

buka puasa

terima kasih ya rabb

atas karuniamu

 

1172

terus berjalan

sebelum senja tiba

musafir fakir

demi di Jabal Rahmah

tempat rindu tetirah

 

1173

pancaran cahya

matahari yang sejuk

Padang Arafah

berlinang air mata

dikedalaman zikir

 

1174

anak kelinci

di padang rerumputan

berlari kecil

kilau mentari pagi

di bulu bulu putih

 

1175

di rimbun daun

sepasang mata bening

anak bekantan

maskot tanah Borneo

sudah semakin langka

 

1176

mencari sungai

kota seribu sungai

cerita dongeng

semakin langka kisah

pengantar anak tidur

 

1177

dikehidupan

roda zaman berputar

modernisasi

mencari rumah Banjar

rumah bubungan tinggi

 

1178

di pekarangan

memerah buah kersen

obat mujarab

teringat masa kanak

tempat main rumahan

 

1179

angin bertiup

kapas terbang melayang

ke mana mana

kebun kebun memutih

desa yang sejahtera

 

1180

bongkahan batu

jatuh ke bawah tebing

suara gaduh

landak bangun mendadak

entah lari ke mana

 

1181

suara beduk

membuka pintu magrib

desa yang damai

menyempurnakan wudhu

sejuk air pancuran

 

1182

tiada bulan

hanya kerlipan bintang

rindu melangkah

menyusur tepi sungai

dikesunyian lanting

 

1183

sunyi sekali

entah ke mana burung

pagi pun murung

pada sebuah taman

flamboyan berguguran

 

1184

suara jangkrik

membuka pintu malam

lantun zikrillah

dikedalaman diri

membasuh debu kalbu

 

1185

menapak tilas

Pegunungan Meratus

ke Halau Halau

apa yang kau saksikan

balian telah mati

 

1186

anging mamiri

konser desir di pantai

ombak Pagatan

pesta mappanretasi

April membiru laut

 

1187

tak putus asa

langkah terus menapak

payung terkembang

hujan belum berhenti

jalan mesti ditempuh

 

1188

panjatan doa

di hamparan sajadah

subuh yang khusyuk

cahya fajar lembayung

salam ayam berkokok

 

1189

ke mana surya

langit mendung tergantung

bubus kemenyan

balai adat yang sepi

mamang balian sunyi

 

1190

yulan yalalin

dendang jukung berlabuh

mengayuh fajar

tepian mana singgah

menyimpan duka lara

 

1191

sepasang angsa

berebut cahya pagi

riak dan ombak

air danau kemilau

bersunting bunga padma

 

1192

kembang sepatu

runduk di tepi jalan

tak ada kumbang

duka seorang dara

dari jendela kaca

 

1193

bamandi mandi

air aneka bunga

adat badudus

duduk di pelaminan

wangi dupa setanggi

 

1194

adat batimung

minyak likat baburih

calon pengantin

wajah memutih kuning

senyum harum kesturi

 

1195

di ujung daun

bening embun bergantung

bunyi menetes

di relung sunyi pagi

sepi daunan murbei

 

1196

ini terakhir

bayangan bulan kelam

tak lagi tangis

tak lagi kan dikenang

hari hari yang silam

 

1197

merajut cinta

meracik duka lara

pelukan bulan

masih terdengar jelas

tembang juwita malam

 

1198

air mengalir

dari atap yang bocor

rumah anjungan

banyak orang mengaku

asli orang banua

 

1199

suatu malam

melintas rumah tua

bau cendana

ratusan gagak terbang

menutup cahya bulan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi  Ruang Hening 1500 Tanka Indonesia Ilustrasi Cover : Alvin Shul Vatrick Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru...