400.
berlari kencang
melintas ambang petang
surya ‘kan tengg’lam
waktu tak pernah diam
hari semakin kelam
401
Sui Lan di mana
sejak lilin menyala
sesayup Ya Yue
imlek memberi hujan
harum di asap hio
402.
gerimis salju
hanami jadi sepi
bangku memutih
kuntum wajah sakura
masih mekar di hati
403.
mengintip bunga
ratu malam merekah
jantung berdegup
harum malam pengantin
senyum wajah rembulan
404.
hujan menderas
air meluap luap
merendam kota
orang orang menganggap
hal yang sudah biasa
405.
capung menari
mandi cahaya pagi
katak mengintai
hukum alam berputar
ular sedang menjalar
406.
mandau sang hiyang
roh yang terbang ke jagat
pada sasaran
roh pun melesat masuk
walau selubang jarum
407.
aku kepompong
metamorfosis senja
serupa ulat
pada jalan hayati
menyusur arah kiblat
408.
menuju dusun
letupan buah para
jalanan lengang
di sela batu sungai
nikmat gemercik air
409.
pagi yang segar
saat surya memancar
harum srigading
senyum perawan desa
usai mandi di sungai
410.
wanita itu
menyusur tabir malam
tersesat jalan
sujud dalam sajadah
kembali ke hakiki
411.
sepasang capung
terbang melayang layang
di atas kolam
semilir angin pagi
saat teratai mekar
412.
di tengah malam
khusuk duduk bersimpuh
basah sajadah
curahan isi hati
doa dari pendosa
413.
kemilau embun
pada kelopak mekar
sekuntum mawar
ingat di waktu milad
harum pada bajuku
414.
nikmatnya sunyi
usai ombak di pantai
saat bersenja
jauh di dasar jiwa
ayat alam semesta
415.
derai cemara
hembusan angin senja
mengantar surya
dikedalaman jiwa
membaca sabda alam
416.
suatu pagi
anak anak bersorak
ada pelangi
di hari anak anak
pawai keliling kota
417.
ramai sekali
pengunjung pasar
tungging
mendadak hujan
orang orang bergegas
cari tempat bernaung
418.
diremang malam
riuh tepian kolam
suara kodok
menutup akhir tahun
harapan masa depan
419.
ke mana jukung
sepi pasar terapung
hanyalah ilung
penghias rumah lanting
rantauan hutan bakau
420.
semilir angin
senandung rumpun bambu
gejolak rindu
kerbau jalan beriring
petang menapak desa
421.
dendang rantauan
jukung di tengah fajar
mencari sungai
sampai ke batas dongeng
negri seribu sungai
422.
jukung tambangan
harumnya bingka kentang
sarapan pagi
warung jukung terapung
eksotik negri Banjar
423
hanya suara
riuh di tengah hutan
rambai meranggas
bekantan berloncatan
mencari pepucukan
424.
bayang melompat
di tengah hutan bakau
suara risau
matinya pohon rambai
Sungai Barito payau
425.
serumpun ilung
hanyut di sungai pasang
berbunga biru
dipetik jari lentik
hiasan sanggul putri
426.
segar kembali
aster bermandi embun
merah merona
pagi buka jendela
merkah senyum sang dara
427.
tumpahan hati
di tengah hening malam
dosa dan doa
kembali ke hakiki
asal mula hayatnya
428.
tubuh terbaring
di bawah lampu dinding
samar cahaya
sampai di batas malam
lenguh suara angin
429.
rembulan penuh
angin mengantar zikir
hening rumputan
ayat jagat semesta
dikedalaman sukma
430.
dari jendela
dedaunan bergoyang
selamat pagi
alhamdulillah
masih melihat surya
431.
di pohon jati
burung riang berkicau
menyambut pagi
kidung gadis perawan
hijau daun tembakau
432.
layar terkembang
arung samudra jiwa
rindu berlabuh
nun di timur sang surya
memancar cahya cinta
433.
kepak lelawa
lintas kaca jendela
menyepi ruang
bayang bayang mengendap
siluet dinding kamar
434.
menyusur jejak
misteri kehidupan
kamar ekstase
jauh di dasar jiwa
sabda alam semesta
435.
cahya mentari
dari kaca jendela
kicauan burung
kasih sayang illahi
nikmat tiada dusta
436.
di luar kamar
cuma kepak lelawa
melintas kelam
kemerlip kunang kurang
mengantar kerinduan
437.
tuhan di mana
jangan tinggalkan aku
siluet malam
hiruk pikuk nya zaman
di roda kehidupan
438.
jiwa mengombak
gelora laut cinta
nelayan tua
senja melabuh biduk
sampai di batas fajar
439.
jiwa terkembang
arung lembayung senja
rindu melancar
tertulis diriwayat
eksplor kehidupannya
440.
ombak berderai
buih sepanjang pantai
fajar memancar
sambut nelayan tiba
biduk muatan cinta
441
sekawan camar
mengantar senja kala
di tebing karang
lebur duduk bersimpuh
membaca debur ombak
442
pejaman mata
membusur langit biru
memburu angan
di atas ranjang waktu
melata bagai ular
443
cahya merkuri
Causeway, Johor -
Woodlands
harum seroja
mewangi kembang goyang
sanggul putri jelita
444
suatu pagi
sekumtum bunga tanjung
mekar di hati
ingat kenangan silam
harum seraut wajah
445
selembar daun
jatuh ke arus sungai
larut ke hati
nama pada epitaf
basah gerimis pagi
446
rembulan penuh
sangkut ke ujung ranting
pungguk menjerit
mendadak turun hujan
malam semakin kelam
447
menyusur sungai
ke dusun kelahiran
suara bangkong
teringat masa kecil
pakai obor ke surau
448
di luar kamar
lirih suara jangkrik
sajadah basah
terasa perjalanan
langkah di ujung jalan
449
sebatang pohon
jatuh reranting patah
angin berdebu
jalan di sudut kota
anjing mengais sampah
450
rintihan daun
saat lepas di ranting
pohon meranggas
senyap sebuah ruang
aroma pedupaan
451
flamboyan mekar
ada bangku menatap
di kesunyian
dari tadi wajahnya
wanita itu, kosong
452
sekawan burung
di dalam kabut asap
menuju pulang
langka pohon meranti
cericit anak enggang
453
bayangan pohon
sepanjang sisi jalan
remang lelampu
sekujur kota tua
derai rinai halimun
454
derai halimun
mawar merah merekah
membagi wangi
tiada didustakan
nikmat rahmat ilahi
455
menyusur jalan
cahaya kunang kunang
pejalan rindu
nikmat rasa dahaga
jauh jalan kembara
456
musafir rindu
lari di bawah bulan
mengejar bayang
cinta, jangan sembunyi
di balik angan angan
457
jantung dak dik duk
mengintip sedap malam
kelopak mekar
bunga desa ke sungai
ingin membasuh mimpi
458
ular merayap
lidah haus menjulur
rawa mengering
mendadak elang
hitam
menukik bagai kilat
459
usai selawat
lalu bersahut pantun
pengantin Banjar
roda zaman berputar
menggilas peradaban
460
air mengalir
di celah atap genteng
kamar menggenang
tak heran kota ini
acap terjadi banjir
461
di sudut kota
kerkhof ditinggal pergi
pecahan nisan
sebuah rumah tua
riuh bunyi lelawa
462
bunyi kangkurung
sampai jauh ke lembah
bukit meratus
mengharum kayu manis
dari tikar jemuran
463
kanak bermain
berakit pohon pisang
di sungai pasang
mungkin telah ditebang
dulu menikah jingah
464
membaca bintang
layar sudah dipasang
berbantal ombak
hopla angin dan ombak
tak letih saling susul
465
di puncak Tidar
hening pohon beringin
jiwa tadabur
sampai di batas senja
merangkai ayat tanka
466
di sinar surya
gelantung buah naga
merah merona
utama kesehatan
di dalam kehidupan
467
bias gerimis
buram kaca jendela
di luar kabur
pepohonan berlari
di jendela kereta
468
sepanjang jalan
berserak dedaunan
angin berhembus
truk melintas kota
rumah menghitam debu
469
angin Agustus
gebyar di langit biru
pekik merdeka
pada makam pahlawan
doa karangan bunga
470
berterang bintang
hening makam pahlawan
putih epitaf
dalam diam tafakur
dikedalaman syukur
471
semilir angin
di hutan pohon pinus
jiwa yang teduh
kilau cahya mentari
di danau Aranio
472
di ambang fajar
hening alam semesta
ayam berkokok
damainya dusun Riam
kumandang azan subuh
473
gelap gulita
kilat terang memancar
derai cemara
lantun ayat al furqan
dari sebuah rumah
474
cahaya bulan
terang pohon cempaka
angin semilir
harum sebuah kamar
ayat seribu dinar
475
nikmatnya sunyi
usai deburan ombak
Pantai Takisung
cahya bintang bertabur
qalbu mengucap syukur
476
terdengar derai
angin di hutan pinus
menjelang petang
tiada kicau murai
saat lembayung usai
477
jalan bergegas
cari tempat berteduh
hujan mendadak
kota jadi gelisah
kerap dikepung banjir
478
masih gerimis
dan malam kian larut
kota menyepi
cahya lampu jalanan
membias warna pudar
479
alam menampak
hening di senja hari
cahaya kuning
pintu rumah ditutup
jukung pada menepi
480
kumandang azan
saat lembayung kelam
jiwa yang tentram
angin lereng Meratus
mengharum kayu manis
481
di daun lalang
seekor capung merah
berayun ayun
lembut angin berhemnbus
diterik matahari
482
di ujung daun
menggantung embun pagi
bunyi menetes
dari rahim kepompong
kupu kupu pelangi
483
daun bergoyang
mengucap rasa syukur
lebaran qurban
manifestasi iman
pada insan yang taqwa
484
qurban dhahiyyah
hujan mencuci debu
rahmat dan nikmat
insan yang tulus ikhlas
membagi rejekinya
485
kibas dan pisau
harum iman dan taqwa
di tanah haram
pintu jamaah haji
melantunkan talbiyah
486
sepanjang jalan
daunan berguguran
akhir Agustus
masih gebyar di langit
merah putih pusaka
487
di ambang fajar
dendang jukung berkayuh
pasar terapung
bekantan yang tersisa
riuh di pohon rambai
488
di saat pagi
menikmati teh panas
kedai terapung
rindu jukung tambangan
eksotik tanah Banjar
489
pohon merunduk
pusar debu jalanan
angin yang kencang
gerimis berlarian
di daun berguguran
490
rembulan lenyap
awan menebal mendung
suara pungguk
jalan gelap gulita
menuju arah pulang
491
senja beringsut
suram laut Takisung
hening mengapung
pepohonman kelapa
berubah arca sunyi
492
rembulan pucat
dalam cahaya pagi
mencuci mimpi
di batu batu kali
bunyi air mengalir
493
bertiup kencang
rimbun daun bergoyang
suara kalong
lantunan surah yassin
dari sebuah rumah
494
jeritan daun
lepas dari rantingnya
siang manggantang
kabut debu mengepul
di pusar angin kencang
495
mencuci jiwa
dalam Masjid Nabawi
salat jumatan
air mata berlinang
mohon ampunan dosa
496
rindu kekasih
menuju ke rumahmu
di Jabal Rahmah
senyuman matahari
semanis buah kurma
497
mengejar cinta
dari Safa dan Marwah
nikmat dahaga
jauh terasa dekat
dekat adalah rahmat
498
menjelang subuh
alam semesta hening
ayam berkokok
bersyukur bagun tidur
masih melihat fajar
499
menapak pantai
debur ombak Pagatan
fajar memancar
nyiur pada melambai
salam nelayan pulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar