Kamis, 25 Juli 2024

 

 

400.

berlari kencang

melintas ambang petang

surya ‘kan tengg’lam

waktu tak pernah diam

hari semakin kelam

 

401

Sui Lan di mana

sejak lilin menyala

sesayup Ya Yue

imlek memberi hujan

harum di asap hio

 

402.

gerimis salju

hanami jadi sepi

bangku memutih

kuntum wajah sakura

masih mekar di hati

 

403.

mengintip bunga

ratu malam merekah

jantung berdegup

harum malam pengantin

senyum wajah rembulan

 

404.

hujan menderas

air meluap luap

merendam kota

orang orang menganggap

hal yang sudah biasa

 

405.

capung menari

mandi cahaya pagi

katak mengintai

hukum alam berputar

ular sedang menjalar

 

406.

mandau sang hiyang

roh yang terbang ke jagat

pada sasaran

roh pun melesat masuk

walau selubang jarum

 

407.

aku kepompong

metamorfosis senja

serupa ulat

pada jalan hayati

menyusur arah kiblat

 

408.

menuju dusun

letupan buah para

jalanan lengang

di sela batu sungai

nikmat gemercik air

 

409.

pagi yang segar

saat surya memancar

harum srigading

senyum perawan desa

usai mandi di sungai

 

410.

wanita itu

menyusur tabir malam

tersesat jalan

sujud dalam sajadah

kembali ke hakiki

 

411.

sepasang capung

terbang melayang layang

di atas kolam

semilir angin pagi

saat teratai mekar

               

412.

di tengah malam

khusuk duduk bersimpuh

basah sajadah

curahan isi hati

doa dari pendosa

 

413.

kemilau embun

pada kelopak mekar

sekuntum mawar

ingat di waktu milad

harum pada bajuku

 

414.

nikmatnya sunyi

usai ombak di pantai

saat bersenja

jauh di dasar jiwa

ayat alam semesta

 

415.

derai cemara

hembusan angin senja

mengantar surya

dikedalaman jiwa

membaca sabda alam

 

416.

suatu pagi

anak anak bersorak

ada pelangi

di hari anak anak

pawai keliling kota

 

417.

ramai sekali

pengunjung  pasar tungging

mendadak hujan

orang orang bergegas

cari tempat bernaung

 

418.

diremang malam

riuh tepian kolam

suara kodok

menutup akhir tahun

harapan masa depan

 

419.

ke mana jukung

sepi pasar terapung

hanyalah ilung

penghias rumah lanting

rantauan hutan bakau

 

420.

semilir angin

senandung rumpun bambu

gejolak rindu

kerbau jalan beriring

petang menapak desa

 

421.

dendang rantauan

jukung di tengah fajar

mencari sungai

sampai ke batas dongeng

negri seribu sungai

 

422.

jukung tambangan

harumnya bingka kentang

sarapan pagi

warung jukung terapung

eksotik negri Banjar

 

423

hanya suara

riuh di tengah hutan

rambai  meranggas

bekantan berloncatan

mencari pepucukan

 

424.

bayang melompat

di tengah hutan bakau

suara risau

matinya pohon rambai

Sungai Barito payau

 

425.

serumpun ilung

hanyut di sungai pasang

berbunga biru

dipetik jari lentik

hiasan sanggul putri

 

426.

segar kembali

aster bermandi embun

merah merona

pagi buka jendela

merkah senyum sang dara

 

427.

tumpahan hati

di tengah hening malam

dosa dan doa

kembali ke hakiki

asal mula hayatnya

 

428.

tubuh terbaring

di bawah lampu dinding

samar cahaya

sampai di batas malam

lenguh suara angin

 

429.

rembulan penuh

angin mengantar zikir

hening rumputan

ayat jagat semesta

dikedalaman sukma

 

430.

dari jendela

dedaunan bergoyang

selamat pagi

alhamdulillah

masih melihat surya

 

431.

di pohon jati

burung riang berkicau

menyambut pagi

kidung gadis perawan

hijau daun tembakau

 

432.

layar terkembang

arung samudra jiwa

rindu berlabuh

nun di timur sang surya

memancar cahya cinta

 

433.

kepak lelawa

lintas kaca jendela

menyepi ruang

bayang bayang mengendap

siluet dinding kamar

 

434.

menyusur jejak

misteri kehidupan

kamar ekstase

jauh di dasar jiwa

sabda alam semesta

 

435.

cahya mentari

dari kaca jendela

kicauan burung

kasih sayang illahi

nikmat tiada dusta

               

436.

di luar kamar

cuma kepak lelawa

melintas kelam

kemerlip kunang kurang

mengantar kerinduan

 

437.

tuhan di mana

jangan tinggalkan aku

siluet malam

hiruk pikuk nya zaman

di roda kehidupan

 

438.

jiwa mengombak

gelora laut cinta

nelayan tua

senja melabuh biduk

sampai di batas fajar

 

439.

jiwa terkembang

arung lembayung senja

rindu melancar

tertulis diriwayat

eksplor kehidupannya

 

440.

ombak berderai

buih sepanjang pantai

fajar memancar

sambut nelayan tiba

biduk muatan cinta

 

441

sekawan camar

mengantar senja kala

di tebing karang

lebur duduk bersimpuh

membaca debur ombak

 

442

pejaman mata

membusur langit biru

memburu angan

di atas ranjang waktu

melata bagai ular

 

443

cahya merkuri

Causeway,  Johor - Woodlands

harum seroja

mewangi kembang goyang

sanggul putri jelita

      

444

suatu pagi

sekumtum bunga tanjung

mekar di hati

ingat kenangan silam

harum seraut wajah

 

445

selembar daun

jatuh ke arus sungai

larut ke hati

nama pada epitaf

basah gerimis pagi

 

446

rembulan penuh

sangkut ke ujung ranting

pungguk menjerit

mendadak turun hujan

malam semakin kelam

 

447

menyusur sungai

ke dusun kelahiran

suara bangkong

teringat masa kecil

pakai obor ke surau

 

448

di luar kamar

lirih suara jangkrik

sajadah basah

terasa perjalanan

langkah di ujung jalan

 

449

sebatang pohon

jatuh reranting patah

angin berdebu

jalan di sudut kota

anjing mengais sampah

 

450

rintihan daun

saat lepas di ranting

pohon meranggas

senyap sebuah ruang

aroma pedupaan

 

451

flamboyan mekar

ada bangku menatap

di kesunyian

dari tadi wajahnya

wanita itu, kosong

 

452

sekawan burung

di dalam kabut asap

menuju pulang

langka pohon meranti

cericit anak enggang

 

453

bayangan pohon

sepanjang sisi jalan

remang lelampu

sekujur kota tua

derai rinai halimun

 

454

derai halimun

mawar merah merekah

membagi wangi

tiada didustakan

nikmat rahmat ilahi

 

455

menyusur jalan

cahaya kunang kunang

pejalan rindu

nikmat rasa dahaga

jauh jalan kembara

 

456

musafir rindu

lari di bawah bulan

mengejar bayang

cinta, jangan sembunyi

di balik angan angan

 

457

jantung dak dik duk

mengintip sedap malam

kelopak mekar

bunga desa ke sungai

ingin membasuh mimpi

 

458

ular merayap

lidah haus menjulur

rawa mengering

mendadak  elang hitam

menukik bagai kilat

 

459

usai selawat

lalu bersahut pantun

pengantin Banjar

roda zaman berputar

menggilas peradaban

 

460

air mengalir

di celah atap genteng

kamar menggenang

tak heran kota ini

acap terjadi banjir

 

461

di sudut kota

kerkhof ditinggal pergi

pecahan nisan

sebuah rumah tua

riuh bunyi lelawa

               

462

bunyi kangkurung

sampai jauh ke lembah

bukit meratus

mengharum kayu manis

dari tikar jemuran

 

463

kanak bermain

berakit pohon pisang

di sungai pasang

mungkin telah ditebang

dulu menikah jingah

 

464

membaca bintang

layar sudah dipasang

berbantal ombak

hopla angin dan ombak

tak letih saling susul

 

465

di puncak Tidar

hening pohon beringin

jiwa tadabur

sampai di batas senja

merangkai ayat tanka

 

466

di sinar surya

gelantung buah naga

merah merona

utama kesehatan

di dalam kehidupan

 

467

bias gerimis

buram kaca jendela

di luar kabur

pepohonan berlari

di jendela kereta

 

468

sepanjang jalan

berserak dedaunan

angin berhembus

truk melintas kota

rumah menghitam debu

 

469

angin Agustus

gebyar di langit biru

pekik merdeka

pada makam pahlawan

doa karangan bunga

 

470

berterang bintang

hening makam pahlawan             

putih epitaf

dalam diam tafakur

dikedalaman syukur

 

471

semilir angin

di hutan pohon pinus

jiwa yang teduh

kilau cahya mentari

di danau Aranio

 

472

di ambang fajar

hening alam semesta

ayam berkokok

damainya dusun Riam

kumandang azan subuh

 

473

gelap gulita

kilat terang memancar

derai cemara

lantun ayat al furqan

dari sebuah rumah

 

474

cahaya bulan

terang pohon cempaka

angin semilir

harum sebuah kamar

ayat seribu dinar

               

475

nikmatnya sunyi

usai deburan ombak

Pantai Takisung

cahya bintang bertabur

qalbu mengucap syukur

 

476

terdengar derai

angin di hutan pinus

menjelang petang

tiada kicau murai

saat lembayung usai

 

477

jalan bergegas

cari tempat berteduh

hujan mendadak

kota jadi gelisah

kerap dikepung banjir

 

478

masih gerimis

dan malam kian larut

kota menyepi

cahya lampu jalanan

membias warna pudar

 

479

alam menampak

hening di senja hari

cahaya kuning

pintu rumah ditutup

jukung pada menepi

 

480

kumandang azan

saat lembayung kelam

jiwa yang tentram

angin lereng Meratus

mengharum kayu manis

 

481

di daun lalang

seekor capung merah

berayun ayun

lembut angin berhemnbus

diterik matahari

 

482

di ujung daun

menggantung embun pagi

bunyi menetes

dari rahim kepompong

kupu kupu pelangi

 

483

daun bergoyang

mengucap rasa syukur

lebaran qurban

manifestasi iman

pada insan yang taqwa

 

484

qurban dhahiyyah

hujan mencuci debu

rahmat dan nikmat

insan yang tulus ikhlas

membagi rejekinya

 

485

kibas dan pisau

harum iman dan taqwa

di tanah haram

pintu jamaah haji

melantunkan talbiyah

 

486

sepanjang jalan

daunan berguguran

akhir Agustus

masih gebyar di langit

merah putih pusaka

 

487

di ambang fajar

dendang jukung berkayuh

pasar terapung

bekantan yang tersisa

riuh di pohon rambai

 

488

di saat  pagi

menikmati teh panas

kedai terapung

rindu jukung tambangan

eksotik tanah Banjar

 

489

pohon merunduk

pusar debu jalanan

angin yang kencang

gerimis berlarian

di daun berguguran

 

490

rembulan lenyap

awan menebal mendung

suara pungguk

jalan gelap gulita

menuju arah pulang

 

491

senja beringsut

suram laut Takisung

hening mengapung

pepohonman kelapa

berubah arca sunyi

 

492

rembulan pucat

dalam cahaya pagi

mencuci mimpi

di batu batu kali

bunyi air mengalir

 

493

bertiup kencang

rimbun daun bergoyang

suara kalong

lantunan surah yassin

dari sebuah rumah

 

494

jeritan daun

lepas dari rantingnya

siang manggantang

kabut debu mengepul

di pusar angin kencang

 

495

mencuci jiwa

dalam Masjid Nabawi

salat jumatan

air mata berlinang

mohon ampunan dosa

 

496

rindu kekasih

menuju ke rumahmu

di Jabal Rahmah

senyuman matahari

semanis buah kurma

 

497

mengejar cinta

dari Safa dan Marwah

nikmat dahaga

jauh terasa dekat

dekat adalah rahmat

 

498

menjelang subuh

alam semesta hening

ayam berkokok

bersyukur bagun tidur

masih melihat fajar

 

499

menapak pantai

debur ombak Pagatan

fajar memancar

nyiur pada melambai

salam nelayan pulang

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi  Ruang Hening 1500 Tanka Indonesia Ilustrasi Cover : Alvin Shul Vatrick Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru...