Kamis, 25 Juli 2024

 

800

lampu merkuri

di penyebrangan Woodlands

cahya berpendar

tembang bunga seroja

harum kenangan lama

 

801

di mana sarang

pohon pada meranggas

gelisah burung

tebing lembah Kahung

konser bunyi tonggeret

 

802

 

kamar sepuluh

masih sekuntum mawar

di ranjang malam

di terminal Manggarai

pertemuan terakhir

 

 

 

803

mentari lengser

pelan ke kaki langit

laut lembayung

membaca panorama

maha benar firmannya

 

804

di luar kamar

hanya kepak lelawa

menangkap laron

lebur di dalam diam

menyatu dengan alam

 

805

selembar daun

lepas di ranting kering

jatuh melayang

tidak dapat diduga

bila maut menjemput

 

806

entah ke mana

marga satwa Meratus

hutan terbakar

hidup terasa asing

di negeri sendiri

 

807

rimbun angsana

waktu siang yang terik

sejuk bernaung

hakekat pemerintah

mengayomi rakyatnya

 

808

tatkala pagi

ke mana kicau murai

di dalam sangkar

berasal dari tanah

kembali pada tanah

 

809

bunyi mendesis

angin di hutan pinus

senja gerimis

taman menjadi indah

dirawat dengan baik

 

810

di pohon ranggas

duka lara bekantan

sungai tercemar

kota seribu parit

sumber limbah dan sampah

 

811

di pintu tahun

awal jalan  terbentang

teguh ditempuh

tujuh puluh usia

tafakur di sajadah

 

812

pagi gerimis

di pintu akhir tahun

sejuk usia

musim ke tujuh puluh

mekar bunga kenangan

 

813

mengharum meihwa

musim ke tujuh puluh

Lan Lan di mana

kutatap pucuk pinus

dan tenggelam di Yangtze

 

814

lembayung surut

hening alam semesta

suara jangkrik

di rahim lembah Iyam

lahir dusun yang tentram

 

815

di ambang pagi

reranting pohon randu

burung bermyanyi

adakah yang dirindu

dendang pelagu sunyi

 

816

pagi di taman

aneka kupu kupu

bunga merekah

cinta tak kenal musim

wangi pun diharumkan

 

817

bayangan capung

di permukaan kolam

tarian pagi

seni budaya Banjar

kian entah ke mana

 

818

selembar daun

hanyut di bebatuan

sungai yang kering

di jalan kehidupan

teguhkan keyakinan

 

819

halimun rinai

kala fajar menyingsing

bening di daun

sekuntum bunga desa

anggun bertatah embun

 

820

harum setanggi

p’laminan airguci

malam pertama

pengantin usung jinggung

kian tidak lestari

 

821

akhir Desember

merenung jejak langkah

jalan usia

akan lahir kembali

tanpa beribu bapa

 

822

di akhir tahun

anak ramai sekali

bermain hujan

kehidupan yang lalu

rindu bila dikenang

 

823

deras mengguyur

di awal musim hujan

kota tergenang

saat banjir melanda

baru diperbincangkan

 

824

ada rembulan

tengah beranjak siang

berwajah pucat

banyak di negri ini

yang mengaku pahlawan

 

825

air melompat

dari tebing yang curam

bunyi gemuruh

politik salah makna

saudara saling tikam

 

826

suara guntur

mendung tergantung tebal

tak jadi hujan

pemimpin Ingkar janji

rakyat sangat penyabar

 

827

pagi berembun

basah daun berayun

capung bergayut

mujur pucuk dicinta

tatkala ulam tiba

 

828

angin berhenti

sewaktu  azan magrib

semesta hening

keberhasilan hidup

sehat jiwa dan raga

 

829

di angin pagi

seekor capung merah

terbang melayang

pengobat sakit stres

pada diri sendiri

 

830

katak bersyukur

tibanya turun hujan

kolam berair

rahmat dan nikmat apa

sehingga kau dustakan

 

831

menjelang fajar

sepi pasar terapung

ke mana jukung

jaman terus berganti

orang makin bermimpi

 

832

entah ke mana

cahaya matahari

menjelang pagi

orang mudah berjanji

mudah juga terlupa

 

833

aroma apa

hingga pagi mewangi

daun seledri

sesuatu yang kecil

sering disepelekan

 

834

anak kutilang

menunggu induk pulang

petang berkabut

giat dalam usaha

rejeki akan tiba

 

835

menuju pulang

seekor kunang kunang

mencari jalan

jika malu bertanya

maka sesat di jalan

 

836

sekawan anak

main pesawat kertas

mendadak hujan

warga menjadi panik

kota dikepung banjir

 

837

udara segar

aroma kembang tanjung

berjalan pagi

terapi pada tubuh

semangat pada jiwa

 

838

sekuntum mawar

dalam semilir angin

pagi mewangi

kicau burung perkutut

selamat milad

 

839

pagi yang cerah

kupu kupu melayang

mencumbu bunga

eloknya bunga mawar

kuncupnya sedang mekar

 

840

dari jendela

mekar bunga flamboyan

merah kenangan

milad akhir Desember

sebuah bangku kosong

 

841

di angin malam

dedaunan berkisah

bulan berawan

membaca ayat tanka

mengisi ruang sunyi

 

842

kereta senja

lari membelah kota

suara lonceng

setiba di Jakarta

hati tinggal di Malang

 

843

di rumah tua

riuh kepak lelawa

menjelang senja

di awal musim hujan

laron di cahya lampu

 

844

suatu pagi

mengharum kayu manis

kampung Loksado

sungai berlika liku

jelajah rakit bambu

 

845

langit yang biru

di puncak gunung Tidar

tadabur alam

teduh rimbun beringin

sejuk ke dalam jiwa

 

846

lantun al furqan

syahdu di dasar malam

alam tafakur

datang di tengah malam

mengetuk pintumu, rabb

 

847

hanyalah ilung

larut bersama ratik

di sungai pasang

hal yang sudah biasa

pisang lupa kulitnya

 

848

membusur langit

spektrum warna pelangi

pesona senja

tak ada melebihi

maha lukisan Allah

 

849

suara jangkrik

dikedalaman jiwa

untaian zikir

belajar pada alam

hidup pandai bersyukur

 

850

angin Desember

merah bangku di taman

bunga flamboyan

hanya tinggal kenangan

kala kuntum terakhir

 

851

udara segar

di sudut taman kota

harum memikat

semilir angin pagi

wangi daun kemangi

 

852

burung merpati

terbang di atas kota

menyambut pagi

dulu di Banjarbaru

berbunga karamunting

 

853

kue idaman

kuliner khas tanah Banjar

apam Barabai

rumpun anggrek merpati

harum sekujur kota

 

854

serumpun ilung

hanyut di sungai pasang

arus berputar

mencari rumah lanting

sepanjang tepi sungai

               

855

di batas laut

kerlip cahya lantera

biduk nelayan

pantai belum tsunami

sketsa seraut wajah

 

856

hati terenyuh

kapal di atas rumah

pascatsunami

Lhoksemawe – Lambada

pasir merajah duka

 

857

terus berlari

hujan di tengah mimpi

ada rembulan

musafir negri mimpi

rindu gagal bercinta

 

858

pagi gelisah

murai di dalam sangkar

mencari surya

menentukan pilihan

saat di persimpangan

 

859

di ujung lanting

memandang ilung larut

pasang pindua

jauh di hulu banyu

sayup bunyi serunai

 

860

buah rambutan

riuh rebutan kalong

suara atap

ingin buah maritam

istri sedang mengidam

 

861

sholawat rasul

rembulan bulan maulid

rentak rebana

assalamualaika

kanjeng nabi junjungan

 

862

tempias hujan

basah di pelataran

tinggal sendiri

buram kaca jendela

dialog pun terhenti

 

863

ayam berkokok

mengetuk pintu hati

insan yang lelap

kumandang azan subuh

sujud semesta alam

 

864

surya tak tampak

kala pagi beranjak

gerimis renyai

di pasar sayur mayur

masih berkehidupan

 

865

entah ke mana

tak terlihat di pagi

terbang merpati

di kota Banjarbaru

awan mendung tergantung

 

866

di gunung apam

lahirlah Banjarbaru

konon kabarnya

berkeliling mencari

tak ada icon apam

 

867

harum kenanga

segar udara pagi

menapak jalan

merpati beterbangan

di atas Banjarbaru

 

868

di dalam hujan

anak bermain bola

di hari anak

kebebasan yang murni

hakikat pendidikan

 

869

suatu malam

angin di rumpun pinus

serupa tangis

siapa yang mengintip

desis di lubang kunci

 

870

bayangan itu

siluet dinding kamar

kenangan silam

masih terdengar sayup

dendang juwita malam

 

871

suara bangkong

sepanjang tepi sungai

menjelang malam

sungai tempat bermain

di kala masa kecil

 

872

tak dengar lagi

nyanyian kodok hijau

di tepi sawah

pesat bangunan rumah

sampai ke mana mana

 

873

mencari sungai

dulu tempat bermain

di air pasang

kian padat bangunan

kian sumpek hunian

 

874

malam yang sunyi

di ruas jari tangan

meniti tasbih

dikedalaman jiwa

bertahta asmamu rabb

 

875

gerimis turun

membasah pintu malam

mengetuk kalbu

rerumputan bersujud

kala angin bertakbir

 

876

senandung malam

angin membelai daun

sejuk di hati

pada kaca jendela

bulan sedang purnama

 

877

di pagi itu

surya entah kemana

embun merinai

merenung kehidupan

rona bunga Desember

 

878

petang membentang

ke mana enggang pulang

sunyi Meratus

hutan tidak berimba

air tidak bersungai

 

879

buah maritam

hitam tampuknya manggis

di musim buah

biar kulitnya hitam

namun parasnya manis

 

880

sekawan kalong

sesama saling hantam

berebut jambu

bobrok moralitasnya

terpuruk negaranya

 

881

seorang anak

melepas burung kertas

ke pagi cerah

orang takjub mendengar

merdu nyanyi kutilang

 

882

gerimis malam

rabun lampu jalanan

kota menyepi

becak bawa tumpangan

demam di balik syalnya

 

883

hujan tak henti

kota semakin sepi

malam berkilat

di dalam rumah kardus

ada tangisan pilu

 

884

senja semilir

aroma bunga rampai

suatu gunduk

seorang telah pergi

tidak kembali lagi

 

885

kembang sepatu

kupu kupu bergayut

berayun ayun

cinta sedang bersemi

tidak mengenal musim

 

886

mewedang kopi

di pelataran pagi

teratai mekar

pada sebuah kolam

ikan bercengkerama

 

887

suatu senja

merenung daun luruh

hanyut di sungai

memakna kehidupan

hidup keabadian

 

888

sungai Barito

jatuh mentari senja

air lembayung

dari hulu Bakumpai

dendang rindu kuriding

 

889

bulan tembaga

sangkut di ujung ranting

suara pungguk

pada bayangan pohon

ada serupa tangis            

 

890

di tengah hari

semilir puncak Tidar

rindang beringin

dalam duduk tafakur

tak habis rasa syukur

 

891

jalan berliku

melintas ambang senja

menuju pulang

sejauh perjalanan

eksplorasi pejalan

 

892

genangan air

jalan makin tenggelam

kota gelisah

jika ada bencana

baru menyadarinya

 

893

terjadi banjir

sering mengepung kota

warganya panik

orang tak mau repot

kalau yang merepotkan

 

894

bunga Desember

bergayut kupu kupu

angin semilir

ingat di waktu milad

harum sebuah kado

 

895

anggrek merpati

harum udara pagi

Bandung Borneo

kue kota Barabai

apam merah dan putih

 

896

Siang yang teduh

lahir tangis pertama

kenal dunia

tercatat siang itu

lima belas Desember

 

897

pertama malam

Retno Wulan Desember

permata hati

dua belas cahaya

membuka jagat raya

 

898

wulan memancar

membuka langit biru

tangisan merdu

sang bidadari kecil

bibir memerkah mungil

 

899

di siang itu

wulan bercahya emas

hati berkilau

sihir tangis melodis

simponi kelahiran

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi  Ruang Hening 1500 Tanka Indonesia Ilustrasi Cover : Alvin Shul Vatrick Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru...