800
lampu merkuri
di penyebrangan Woodlands
cahya berpendar
tembang bunga seroja
harum kenangan lama
801
di mana sarang
pohon pada meranggas
gelisah burung
tebing lembah Kahung
konser bunyi tonggeret
802
kamar sepuluh
masih sekuntum mawar
di ranjang malam
di terminal Manggarai
pertemuan terakhir
803
mentari lengser
pelan ke kaki langit
laut lembayung
membaca panorama
maha benar firmannya
804
di luar kamar
hanya kepak lelawa
menangkap laron
lebur di dalam diam
menyatu dengan alam
805
selembar daun
lepas di ranting kering
jatuh melayang
tidak dapat diduga
bila maut menjemput
806
entah ke mana
marga satwa Meratus
hutan terbakar
hidup terasa asing
di negeri sendiri
807
rimbun angsana
waktu siang yang terik
sejuk bernaung
hakekat pemerintah
mengayomi rakyatnya
808
tatkala pagi
ke mana kicau murai
di dalam sangkar
berasal dari tanah
kembali pada tanah
809
bunyi mendesis
angin di hutan pinus
senja gerimis
taman menjadi indah
dirawat dengan baik
810
di pohon ranggas
duka lara bekantan
sungai tercemar
kota seribu parit
sumber limbah dan sampah
811
di pintu tahun
awal jalan
terbentang
teguh ditempuh
tujuh puluh usia
tafakur di sajadah
812
pagi gerimis
di pintu akhir tahun
sejuk usia
musim ke tujuh puluh
mekar bunga kenangan
813
mengharum meihwa
musim ke tujuh puluh
Lan Lan di mana
kutatap pucuk pinus
dan tenggelam di Yangtze
814
lembayung surut
hening alam semesta
suara jangkrik
di rahim lembah Iyam
lahir dusun yang tentram
815
di ambang pagi
reranting pohon randu
burung bermyanyi
adakah yang dirindu
dendang pelagu sunyi
816
pagi di taman
aneka kupu kupu
bunga merekah
cinta tak kenal musim
wangi pun diharumkan
817
bayangan capung
di permukaan kolam
tarian pagi
seni budaya Banjar
kian entah ke mana
818
selembar daun
hanyut di bebatuan
sungai yang kering
di jalan kehidupan
teguhkan keyakinan
819
halimun rinai
kala fajar menyingsing
bening di daun
sekuntum bunga desa
anggun bertatah embun
820
harum setanggi
p’laminan airguci
malam pertama
pengantin usung jinggung
kian tidak lestari
821
akhir Desember
merenung jejak langkah
jalan usia
akan lahir kembali
tanpa beribu bapa
822
di akhir tahun
anak ramai sekali
bermain hujan
kehidupan yang lalu
rindu bila dikenang
823
deras mengguyur
di awal musim hujan
kota tergenang
saat banjir melanda
baru diperbincangkan
824
ada rembulan
tengah beranjak siang
berwajah pucat
banyak di negri ini
yang mengaku pahlawan
825
air melompat
dari tebing yang curam
bunyi gemuruh
politik salah makna
saudara saling tikam
826
suara guntur
mendung tergantung tebal
tak jadi hujan
pemimpin Ingkar janji
rakyat sangat penyabar
827
pagi berembun
basah daun berayun
capung bergayut
mujur pucuk dicinta
tatkala ulam tiba
828
angin berhenti
sewaktu azan
magrib
semesta hening
keberhasilan hidup
sehat jiwa dan raga
829
di angin pagi
seekor capung merah
terbang melayang
pengobat sakit stres
pada diri sendiri
830
katak bersyukur
tibanya turun hujan
kolam berair
rahmat dan nikmat apa
sehingga kau dustakan
831
menjelang fajar
sepi pasar terapung
ke mana jukung
jaman terus berganti
orang makin bermimpi
832
entah ke mana
cahaya matahari
menjelang pagi
orang mudah berjanji
mudah juga terlupa
833
aroma apa
hingga pagi mewangi
daun seledri
sesuatu yang kecil
sering disepelekan
834
anak kutilang
menunggu induk pulang
petang berkabut
giat dalam usaha
rejeki akan tiba
835
menuju pulang
seekor kunang kunang
mencari jalan
jika malu bertanya
maka sesat di jalan
836
sekawan anak
main pesawat kertas
mendadak hujan
warga menjadi panik
kota dikepung banjir
837
udara segar
aroma kembang tanjung
berjalan pagi
terapi pada tubuh
semangat pada jiwa
838
sekuntum mawar
dalam semilir angin
pagi mewangi
kicau burung perkutut
selamat milad
839
pagi yang cerah
kupu kupu melayang
mencumbu bunga
eloknya bunga mawar
kuncupnya sedang mekar
840
dari jendela
mekar bunga flamboyan
merah kenangan
milad akhir Desember
sebuah bangku kosong
841
di angin malam
dedaunan berkisah
bulan berawan
membaca ayat tanka
mengisi ruang sunyi
842
kereta senja
lari membelah kota
suara lonceng
setiba di Jakarta
hati tinggal di Malang
843
di rumah tua
riuh kepak lelawa
menjelang senja
di awal musim hujan
laron di cahya lampu
844
suatu pagi
mengharum kayu manis
kampung Loksado
sungai berlika liku
jelajah rakit bambu
845
langit yang biru
di puncak gunung Tidar
tadabur alam
teduh rimbun beringin
sejuk ke dalam jiwa
846
lantun al furqan
syahdu di dasar malam
alam tafakur
datang di tengah malam
mengetuk pintumu, rabb
847
hanyalah ilung
larut bersama ratik
di sungai pasang
hal yang sudah biasa
pisang lupa kulitnya
848
membusur langit
spektrum warna pelangi
pesona senja
tak ada melebihi
maha lukisan Allah
849
suara jangkrik
dikedalaman jiwa
untaian zikir
belajar pada alam
hidup pandai bersyukur
850
angin Desember
merah bangku di taman
bunga flamboyan
hanya tinggal kenangan
kala kuntum terakhir
851
udara segar
di sudut taman kota
harum memikat
semilir angin pagi
wangi daun kemangi
852
burung merpati
terbang di atas kota
menyambut pagi
dulu di Banjarbaru
berbunga karamunting
853
kue idaman
kuliner khas tanah Banjar
apam Barabai
rumpun anggrek merpati
harum sekujur kota
854
serumpun ilung
hanyut di sungai pasang
arus berputar
mencari rumah lanting
sepanjang tepi sungai
855
di batas laut
kerlip cahya lantera
biduk nelayan
pantai belum tsunami
sketsa seraut wajah
856
hati terenyuh
kapal di atas rumah
pascatsunami
Lhoksemawe – Lambada
pasir merajah duka
857
terus berlari
hujan di tengah mimpi
ada rembulan
musafir negri mimpi
rindu gagal bercinta
858
pagi gelisah
murai di dalam sangkar
mencari surya
menentukan pilihan
saat di persimpangan
859
di ujung lanting
memandang ilung larut
pasang pindua
jauh di hulu banyu
sayup bunyi serunai
860
buah rambutan
riuh rebutan kalong
suara atap
ingin buah maritam
istri sedang mengidam
861
sholawat rasul
rembulan bulan maulid
rentak rebana
assalamualaika
kanjeng nabi junjungan
862
tempias hujan
basah di pelataran
tinggal sendiri
buram kaca jendela
dialog pun terhenti
863
ayam berkokok
mengetuk pintu hati
insan yang lelap
kumandang azan subuh
sujud semesta alam
864
surya tak tampak
kala pagi beranjak
gerimis renyai
di pasar sayur mayur
masih berkehidupan
865
entah ke mana
tak terlihat di pagi
terbang merpati
di kota Banjarbaru
awan mendung tergantung
866
di gunung apam
lahirlah Banjarbaru
konon kabarnya
berkeliling mencari
tak ada icon apam
867
harum kenanga
segar udara pagi
menapak jalan
merpati beterbangan
di atas Banjarbaru
868
di dalam hujan
anak bermain bola
di hari anak
kebebasan yang murni
hakikat pendidikan
869
suatu malam
angin di rumpun pinus
serupa tangis
siapa yang mengintip
desis di lubang kunci
870
bayangan itu
siluet dinding kamar
kenangan silam
masih terdengar sayup
dendang juwita malam
871
suara bangkong
sepanjang tepi sungai
menjelang malam
sungai tempat bermain
di kala masa kecil
872
tak dengar lagi
nyanyian kodok hijau
di tepi sawah
pesat bangunan rumah
sampai ke mana mana
873
mencari sungai
dulu tempat bermain
di air pasang
kian padat bangunan
kian sumpek hunian
874
malam yang sunyi
di ruas jari tangan
meniti tasbih
dikedalaman jiwa
bertahta asmamu rabb
875
gerimis turun
membasah pintu malam
mengetuk kalbu
rerumputan bersujud
kala angin bertakbir
876
senandung malam
angin membelai daun
sejuk di hati
pada kaca jendela
bulan sedang purnama
877
di pagi itu
surya entah kemana
embun merinai
merenung kehidupan
rona bunga Desember
878
petang membentang
ke mana enggang pulang
sunyi Meratus
hutan tidak berimba
air tidak bersungai
879
buah maritam
hitam tampuknya manggis
di musim buah
biar kulitnya hitam
namun parasnya manis
880
sekawan kalong
sesama saling hantam
berebut jambu
bobrok moralitasnya
terpuruk negaranya
881
seorang anak
melepas burung kertas
ke pagi cerah
orang takjub mendengar
merdu nyanyi kutilang
882
gerimis malam
rabun lampu jalanan
kota menyepi
becak bawa tumpangan
demam di balik syalnya
883
hujan tak henti
kota semakin sepi
malam berkilat
di dalam rumah kardus
ada tangisan pilu
884
senja semilir
aroma bunga rampai
suatu gunduk
seorang telah pergi
tidak kembali lagi
885
kembang sepatu
kupu kupu bergayut
berayun ayun
cinta sedang bersemi
tidak mengenal musim
886
mewedang kopi
di pelataran pagi
teratai mekar
pada sebuah kolam
ikan bercengkerama
887
suatu senja
merenung daun luruh
hanyut di sungai
memakna kehidupan
hidup keabadian
888
sungai Barito
jatuh mentari senja
air lembayung
dari hulu Bakumpai
dendang rindu kuriding
889
bulan tembaga
sangkut di ujung ranting
suara pungguk
pada bayangan pohon
ada serupa tangis
890
di tengah hari
semilir puncak Tidar
rindang beringin
dalam duduk tafakur
tak habis rasa syukur
891
jalan berliku
melintas ambang senja
menuju pulang
sejauh perjalanan
eksplorasi pejalan
892
genangan air
jalan makin tenggelam
kota gelisah
jika ada bencana
baru menyadarinya
893
terjadi banjir
sering mengepung kota
warganya panik
orang tak mau repot
kalau yang merepotkan
894
bunga Desember
bergayut kupu kupu
angin semilir
ingat di waktu milad
harum sebuah kado
895
anggrek merpati
harum udara pagi
Bandung Borneo
kue kota Barabai
apam merah dan putih
896
Siang yang teduh
lahir tangis pertama
kenal dunia
tercatat siang itu
lima belas Desember
897
pertama malam
Retno Wulan Desember
permata hati
dua belas cahaya
membuka jagat raya
898
wulan memancar
membuka langit biru
tangisan merdu
sang bidadari kecil
bibir memerkah mungil
899
di siang itu
wulan bercahya emas
hati berkilau
sihir tangis melodis
simponi kelahiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar