600
duka meratus
setanggi tanah banyu
hentak kungkurung
tidak kita sendiri
sapa bangun banua
601
sampai ke lembah
hentakan kurung kurung
memanggil hujan
tanah bukit Meratus
tiada lagi hijau
602
Ulat meletik
makan daun kenanga
rumah kepompong
dari tempat bernaung
memakna kehidupan
603
dari kepompong
seekor kupu kupu
belajar terbang
menuntut ilmu itu
sampai ke liang lahat
604
cahaya pagi
jatuh ke dalam kolam
ramai ikan koi
sekuntum mawar merah
ada di atas kursi
605
di gugus langit
nun kerlip bintang timur
tangan tak sampai
hidup berkesabaran
meraih angan angan
606
sepotong roti
dan seg’las kopi panas
di pintu pagi
mawar merah berembun
bercanda dengan angin
607
pagi bermendung
kucari kicau burung
di pohon dadap
doa dan berupaya
menapak kehidupan
608
arus Barito
mengantar silam senja
tetirah hayat
hanyalah kefanaan
lupa keabadian
609
memakna arus
sungai Barito senja
Kuin Utara
Galuh turun ke lanting
Mandi air setanggi
610
senja meluruh
hening semesta sungai
Allahu Akbar
tenggelam dalam masjid
Pangeran Suriansyah
611
hening mengapung
di sungai martapura
di senja kuning
adat Banjar pamali
adat turun temurun
612
angin membelai
aroma malam kliwon
bunga melati
mitos masih berkembang
walau putaran zaman
613
hembusan angin
mengharum Yek Lai Siang
perisai diri
mantra penolak santet
kembali ke asalnya
614
sebiji rambai
jatuh di sungai pasang
suara air
di dalam keheningan
membaca fana diri
615
mengayuh jukung
kala fajar menyingsing
mengadu nasib
entah pasar terapung
hanya tinggal kenangan
616
rumput bersujud
angin mengantar senja
ke pintu malam
pada akhirnya, fana
dan kembali, abadi
617
angin berhembus
hujan di tengah malam
di kota Batu
sebuah kamar vila
tidak ada selimut
618
rerumpun bambu
dibelai angin petang
nyanyian padi
negri yang sejahtera
subur sawah dan ladang
619
teratai merah
mekar di tengah kolam
rembulan emas
riuh katak berdendang
hilang hati yang risau
620
di kaki langit
bulan belah semangka
doa nelayan
nasib diperjalanan
bukan takdir Ilahi
621
Ingin menyeb’rang
jembatan bambu licin
suara sungai
setiap pekerjaan
cermat serta teliti
622
dalam jambangan
sekuntum mawar merah
pagi mewangi
sekar merajut rindu
lekat dalam kenangan
623
menuju pulang
seekor kunang kunang
menembus kelam
berangkat dari kecil
menuju kesuksesan
624
ke mana surya
dedaunan terdiam
pagi bersendu
cicit burung gereja
risau di atap rumah
625
rumah kepompong
pada selembar daun
metamorfosis
mengintip proses ulat
berubah kupu kupu
626
reranting patah
jatuh ke perut bumi
sekian lapuk
pada akhirnya fana
apa yang dibanggakan
627
kakamban habang
sangkut di ranting culan
semilir pagi
baik budi bahasa
akan terkenang jua
628
mendung tergantung
pagi berwajah murung
kayuh tambangan
sepi pasar terapung
tempat mengadu nasib
629
kedai terapung
aneka makan minum
jukung tambangan
nikmat sarapan pagi
kopi dan bingka kentang
630
di ambang malam
hening sungai Barito
lelampu lanting
azan menara masjid
Pangeran Suriansyah
631
pagi tak surya
kota diliput duka
sonder merpati
diam karena entah
buah si malakama
632
suatu sore
teringat teluk Palu
rindu mengombak
masihkah kau di sana
desir Pantai Talise
633
suatu senja
angin di daun pinus
serupa tangis
sebelum surya silam
betulkan arah kiblat
634
di ujung daun
butir embun menetes
duka sang mawar
jelita di jendela
dibelai angin pagi
635
porak poranda
ke mana surya silam
bencana alam
dukaku duka Palu
kucari kau di mana
636
di ambang senja
angin pantai Pagatan
celoteh ombak
laut cahya lembayung
cerita tentang bagang
637
di tengah hari
sebuah taman kota
desir cemara
di Kafe Minggu Raya
segelas jus alpukat
638
kucing berlari
masuk ke dalam rumah
langit temaram
pergi ketempat kerja
tak lupa bawa payung
639
senja Tanah Lot
angin mengejar ombak
debur di pantai
meditasi di karang
membaca jalan hidup
640
secupak nira
sampan di atas danau
merindu bulan
rambut sutra bergerai
tari putri rembulan
641
jukung merapat
dari penjuru sungai
pasar terapung
tanggui adat budaya
pesona galuh Banjar
642
siang di ladang
nikmatnya singkong bakar
suling kecapi
di dusun kelahiran
damai dan sejahtera
643
suatu pagi
ke mana kicau murai
di dalam sangkar
koruptor senyum simpul
kala masuk penjara
644
Seekor pungguk
bertanka tentang cinta
rembulan kelam
angin membawa kisah
danau dendam tak sudah
645
becermin laut
saat surya terbenam
membaca diri
menitik air mata
doa di lubuk jiwa
646
bunga kertasku
kurangkai dalam kenangan
malam rembulan
sebuah taman mimpi
kembang culan mewangi
647
suling kecapi
dalam lembayung senja
sawah menguning
terpujilah petani
makmur ibu pertiwi
648
bulan tembaga
bermain daun persik
di tengah angin
sayup juwita malam
menembus kamar sepi
649
malioboro
mandi cahaya bulan
sekar sekaten
mekar senyum pesinden
gita gending macapat
650
karang Tanah Lot
jiwa di dasar hening
deburan ombak
eksplor jalan usia
sepanjang alir nafas
651
sesayup tanka
di bawah sinar bulan
angin di daun
gitar di jari lentik
tumpah isi hatinya
652
mentari perak
pada sebuah taman
akhir Oktober
gadis itu termangu
saat flamboyan luruh
653
halimun renai
flora bermandi embun
sejuknya pagi
tidak habis bersyukur
rahmat dan nimat Allah
654
di tengah malam
sujud di sajadahmu
curahan hati
di jalan kehidupan
banyak nian godaan
655
siang yang sejuk
merdu alunan suling
padi menguning
terpujilah petani
makmur ibu pertiwi
656
seruling senja
mengantar kerbau pulang
usai membajak
derai serumpun bambu
tanka dusun yang permai
657
jukung berlabuh
sampai surya terbenam
rantauan bakau
hidup mesti berarti
di kehidupan ini
658
rambai meranggas
sepanjang tepi sungai
lirih bekantan
keyakinan yang teguh
di jalan kehidupan
659
mentari muncul
pada tirai gerimis
ada pelangi
pelukis itu sadar
ada pelukis agung
660
menapak jalan
di tengah panas hari
cari rejeki
semangat kakek tua
menjaja sapu lidi
661
lembayung itu
lengser ke batas laut
surya terbenam
nyala lampu lantera
kehidupan nelayan
662
lembayung fajar
pelan bangkit di timur
jukung merapat
eksotik tanah Banjar
ingat pasar terapung
663
menyisir arus
eloknya kembang ilung
pasang pindua
melintas bunga desa
cantik tanpa kosmetik
664
di hutan bakau
lirih kuak bekantan
memanggil fajar
sungai Barito keruh
cemar sampah dan limbah
665
di musim hujan
sungai menjadi buntu
tumpukan sampah
kebersihan lingkungan
tanggung jawab bersama
666
lintasan senja
nyiur pada menghening
mengantar surya
di akhir perjalanan
perhentian abadi
667
di luar kamar
bulan ditutup awan
angin di daun
secangkir kopi panas
nikmat soneta malam
668
laut Tanah Lot
matahari terbenam
pesona alam
seusai debur ombak
hening terasa nikmat
669
seekor tupai
mengerat buah nyiur
menjelang pagi
banyak tikus kantoran
mengerat kas negara
670
di pohon binjai
lirih suara bubut
ekornya basah
hutan pohon halaban
daun bermandi embun
671
sekerat roti
semangkok bubur kacang
hujan bernyanyi
makna alam semesta
syukur maha pencipta
672
pagi di teras
ramai kerumun semut
di secangkir teh
gula rasanya manis
daya tarik yang kuat
673
di pagi itu
mawar dalam pot bunga
layu terkulai
mimpi apa gerangan
gadis itu termangu
674
seraut wajah
jatuh di gelas kopi
sore kelabu
capung di daun lalang
diayun ayun angin
675
mentari terbit
lembayung wajah laut
hening mengapung
di tepi pantai Sanur
memandang laut lepas
676
pesawat kertas
jatuh ke tanah basah
angin menderu
sehat lebih berharga
uang bisa dicari
677
kembang ilalang
putih lereng meratus
hentak kungkurung
lelatu beterbangan
dari hutan terbakar
678
cahya rembulan
perak di puncak ombak
siluet laut
desir buih di pantai
membasuh duka lara
679
di kala senja
surya lengser ke ufuk
suara tokek
kepentingan seorang
kawan pun jadi lawan
680
sekawan manyar
ngamuk dalam kerangkeng
di pasar pagi
orang tidak termakan
propaganda di mimbar
681
sedari pagi
keong meniti bambu
beringsut ingsut
bekerja dengan cermat
menuju kesuksesan
682
di ranting pagi
seekor anak murai
belajar terbang
daun dadap bergoyang
lembut mengucap salam
683
fajar memancar
konser kicauan burung
kerbau ke sawah
anugerah rejeki
sedari terbit surya
684
siang yang terik
air di batu sungai
bunyi kemercik
jalan menuju dusun
riuh suara tangir
685
renyai gerimis
menjelang akhir tahun
doa musafir
becermin pada senja
umur semakin renta
686
tangisan kecil
mendayu tengah malam
angin di daun
menulis ayat tanka
lahir di rahim malam
687
mentari pelan
lengser di kaki langit
laut lembayung
di dermaga harapan
layar sudah terkembang
688
di kala subuh
hening alam semesta
kumandang azan
di atas tikar butut
doa curahan hati
689
suara jangkrik
membuka pintu malam
beduk bertalu
membetulkan syahadat
lurus menuju kiblat
690
anak belibis
menunggu induk pulang
surya terbenam
langit berkabut tebal
asap hutan terbakar
691
padang ilalang
lereng bukit Sagaling
hangus terbakar
ribuan burung puyuh
terbang ke lembah Layuh
692
menunggu waktu
salat jumat di masjid
meronce zikir
hidup hanya sekali
hidup mesti berarti
693
beranjak fajar
ayam jantan berkokok
alam tafakur
menyempurnakan wudhu
bening air Illahi
694
kalbu tafakur
merenung diri fana
surya terbenam
pada segumpal darah
janji t’lah diikrarkan
695
di malam larut
menunggu kedatangan
kereta api
mesti berkesabaran
menempuh kehidupan
696
setiba subuh
gerimis tak berhenti
dingin sekali
jalani kehidupan
tebalkan keimanan
697
menapak jejak
belajar dari surya
di kehidupan
tak meminta balasan
ikhlah yang diberikan
698
merenung diri
apa buat negara
hari pahlawan
Lilin memberi terang
Walau tubuh meleleh
699
tampak di langit
senja tak lembayung
gerimis turun
jukung tambangan pulang
usai mengadu nasib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar