Kamis, 25 Juli 2024

 





Arsyad Indradi 

Ruang Hening

1500 Tanka Indonesia

Ilustrasi Cover : Alvin Shul Vatrick

Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru

2021

 

Pelimbaian kata :

 

Setelah terbit Antologi 1500 Haiku “Tirai Hujan “ (2016) kembali ingin menerbitkan puisi pendek

dari Jepang yang bernama Tanka. Seperti juga pada Antologi Haiku, Antologi Tanka ini memuat 1500

tanka yang ditulis dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021.

Teringat pada sahabat saya Beni Guntarman (alm),  kami sering berdiskusi dan berbincang tentang haiku dan tanka.

Demikianlah, diharapkan penerbitan antologi tanka ini tidak ada kendala.

 

Kemudian, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat batin saya Diro Aritonang, Kurniawan Junaedie, Tanpopo Anis, Fauzul El Nurca dan sahabat – sahabat batin lainnya yang telah memberi dukungan dan semangat kepada saya. Semoga Allah yang akan membalaskannya. Amin.

 

Alhamdulillah.

Semoga buku tanka ini dapat bermanfaat baik untuk diri saya sendiri maupun orang lain. Amin. Amin.

 

Arsyad Indradi

Banjarbaru, 31 Desember 2021

 

Sebagai catatan tentang Tanka :

 

Apakah Tanka itu ?

: Arsyad Indradi

 

Tanka (短歌) adalah puisi pendek dari Jepang sejak 1300 tahun yang lalu. Tanka terdiri dari 31 suku kata/ 31 mora/ 31 silaba dalam pola tuang 5-7-5-7-7. TAN ( ) yang artinya pendek, dan KA (UTA) artinya nyanyian atau lagu.  Jadi tanka puisi pendek berupa “nyanyian jiwa” penulisnya. Tanka ini terdiri dari frase 1 Kami No Ku (5-7-5) berkontemplasi dengan alam sekitar dan frase 2 Shimo No Ku (7-7) merupakan ekspresi subjektif penulisnya. Frase ini bisa bermetafor atau menggunakan bahasa ekspresif dalam mempertajam pemikiran atau perenungan.

Tanka sesungguhnya  merupakan “ibu” dari haiku, karena tanka lahir jauh sebelum Jepang mengenal haiku.

 

Banyak sekali ragam atau gaya tanka yang berkembang berdasarkan arus mainstream sejak ribuan tahun yang lalu. Namn sejak abad  XII kekaisaran Jepang memperkenalkan format baku tanka  5-7-5-7-7 suku kata (onji) yang terdiri dari dua frase yakni, frase Kami no ku (5-7-5) dan frase Shimo no ku (7-7) yang ditulis satu garis dalam lima kelompok onji (suku kata) dengan pola 5-7-5-7-7 onji. Setelah menyebar ke luar dari Jepang terutama ke Eropa maka penulisannya menjadi 5 baris dengan pola yang sama yakni, 5-7-5-7-7 suku kata huruf romanji, huruf-huruf yang kita kenal sekarang. Karena itu tanka non Jepang sekarang mengikuti pola 5-7-5-7-7 suku kata dalam format lima baris.

Menulis tanka tidak mesti harus berhaiku walau berpola Kami No Ku  (5-7-5). Pada tanka ada yang  terdapat “kakekotoba”  ( pivot ). Pivot tersebut ada di baris ketiga yang bersifat ambigu ( bermakna ganda ) yang merupakan jembatan dari dua konteks yang berbeda yaitu konteks dua baris di atasnya (baris 1 dan 2) dan konteks dua baris di bawahnya (baris 4 dan 5).

 

Taijin ( penulis tanka ) yang terkenal di Jepang yaitu Saigyo Hoshi salah satu dari empat grandmaster tanka Jepang . Saigyo dikenal juga dengan nama Sato Norikiyo lahir tahun 1118 dan meninggal 23 Maret 1190, adalah seorang penyair Buddha Jepang dan merupakan salah satu guru besar tanka. Kehidupan dan pekerjaannya menjadi subjek banyak narasi, drama, dan drama boneka.  Fujiwara Sadaie ( 藤原定家 )  lebih dikenal sebagai Fujiwara no Teika (1162 - September 26, 1241)  seorang penyair , kritikus , kaligrafi , novelis, penyusun kumpulan sajak , juru tulis , dan cendekiawan dari awal periode Heian dan Kamakura.dll.

 

 

1.

memakai baju

kebaya sasirangan

di hari ibu

bazar kuliner Banjar

mandai kesukaanku

 

2

buka puasa

tersaji wadai ipau

saat basambang

surau tempat berkumpul

gema salawat rasul

 

3.

semilir angin

gemulai anggrek hitam

pesona pagi

aneka kupu kupu

terbang pamerkan warna

 

4.

kasidah enggang

rumah pohon meranti

di ambang petang

Pegunungan Meratus

memutih kembang lalang

 

5.

bersuluh bintang

menapak jalan sepi

janji semalam

risau hati menunggu

buah simalakama

 

6.

wajah mengapung

dalam segelas kopi

wedangan pagi

menggali masa silam

hilang dari ingatan

               

7.

sekawan burung

terbang di sawang petang

di mana sarang

cemas bukit meratus

hilangnya hutan rimba

8.

di ujung daun

lembut embun menetes

jatuh ke kolam

berlompatan ikan koi

di pendar cahya pagi

 

9.

asmaradana

mengalun dari dangau

sawah menguning

tembang Nyai Pohaci 

kesejahtraan negri

 

10.

di balik awan

bulan berangsur muncul

cahaya emas

pendar laut Takisung

puncak ombak kemilau

 

11.

merasa takjub

menyaksikan supermoon

tebalkan iman

ilmu pengetahuan

kemahaan illahi

 

12.

sepasang angsa

terjun ke dalam kolam

air beriak

ombak saling menyibak

berebut cahya pagi

 

13.

gerahnya hari

seglas jus jambu merah

teman di taman

setangkai mawar merah

bergayut kupu kupu

 

14.

sedari pagi

murai di dalam sangkar

tiada kicau

tidak lelah berdoa

agar pintu terbuka

 

15.

dari kepompong

lahirlah kupu kupu

pada takdirnya

di mana ada bunga

di situ ada cinta

 

16.

terdengar merdu

alunan suling bambu

desaku permai

iringan kerbau pulang

meniti ambang petang

 

17.

duduk tafakur

di puncak gunung Tidar

tadabur alam

angin di pintu malam

sujud daun rumputan

 

18.

pantai mendesir

ombak laut selatan

buih berzikir

sepanjang semenanjung

nyiur khusyuk bertakbir

 

19.

anak kenari

terjatuh dari sarang

mencicit cicit

ranggas pohon mahoni

pada jalan yang sunyi

 

20.

tiada letih

menulis ayat hayat

di daun lontar

lembaran jejak langkah

kala altar miladku

 

21.

air di Montel

terjun ke batu batu

gemuruh zikir

duduk bersimpuh penuh

mencuci jiwa raga

 

22.

denyutan nadi

dan nafas yang mengalir

rangkaian tasbih

di muka pintu Ka’bah

sungkem dalam asmamu

 

23.

sungai Kalayan

teringat masa silam

di masa kanak

mengayuh batang pisang

main jukung jukungan

 

24.

berakit bambu

arung sungai Loksado

rintis rintangan

kilau mentari pagi

kicau burung di hutan

 

25.

orkestra air

air terjun Haratai

Meratus permai

terdengar dari jauh

kurung kurung bertabuh

 

26.

jukung berlabuh

fajar dendang berkayuh

ke Lok Baintan

elok Pasar Terapung

elok dalam kenangan

 

27.

di tengah malam

aku datang padamu

doa bersujud

tumpahan isi hati

basah pada sajadah

 

28.

tiada bulan

cuma kerlipan bintang

seusai hujan

sayup kepak lelawa

sesak rindu di dada

 

29.

hijau kemilau

surya di lereng bukit

elok menawan

lentik jari perawan

memetik daunan teh

 

30.

di tangkai padi

ani ani menari

bersahut pantun

ahui sehabis panen

budaya tanah Banjar

 

31.

buah maritam

manis kulitnya hitam

tumbuh di hutan

gadis si hitam manis

senyum manis menawan

 

32.

burung serindit

hinggap di pohon jingah

hati nan gundah

berpura pura sakit

ketahuan kasmaran

 

33.

di dalam taman

riang burung dan Bunga

pagi kirana

bersulang kopi panas

lunas rindu di teras

 

34

butiran embun

di ujung daun turi

menetes netes

tetes ke putri malu

malu bagai perawan

 

35.

di tengah kota

ada sebuah taman

aneka bunga

aneka kupu kupu

beterbangan di sana

 

36.

ke Banjarbaru

naik sepeda onthel

mendadak hujan

lupa membawa mantel

basah sekujur badan

 

37.

tiada kata

selain merenungi

diri yang fana

kala senja bersilam

dan lembayung pun kelam

 

38.

kamar sebelah

cahya lampu berganti

biru yang redup

dalam deraian hujan

lembut senandung malam

 

39.

malam menyepi

saat semakin larut

bulan seiris

bulan tinggal seiris

di balik awan kelam

 

40.

ombak mendesir

pecah di tubuh kapal

kapal melaju

mengarung laut lepas

mengarung laut cinta

 

41.

simponi senja

riuhnya camar pulang

melintas laut

ombak kejar mengejar

pecah di tebing karang

 

42.

pagi ceria

sekawan angsa putih

kejar kejaran

kilau Danau Sigombak

merdu kecipak ombak

 

43.

pembelah batu

dentangan bukit kapur

o gadis gadis

dari jemari lentik

membangun kehidupan

 

44.

sepanjang hari

hujan di atas kota

sepanjang peron

berjubel rumah kardus

rebah di atas resah

 

45.

bunga edelweis

dibelai angin pagi

tangkai gemulai

harum manisnya madu

kicau burung kolibri

 

46.

jangan berhenti

sebelum surya silam

terus melangkah

tak takluk pada takdir

betulkan arah kiblat

 

47.

kutulis tanka

saat selembar daun

jatuh ke batu

kutulis gema aduh

saat tankaku jatuh

 

48.

gebyar sang saka

hymne ibu pertiwi

di dalam hujan

masih tegar berkibar

hari kemerdekaan

 

49.

panjatan doa

dikeheningan malam

dupa sekaten

asap angka balungan

di dalam kehidupan

 

50

suara katak

riuh di tepi kolam

seusai hujan

dan di langit yang kelam

bulan berangsur terang

 

51.

zen merenungi

matahari terbenam

semesta kelam

zen pada pintu malam

kalbu membaca alam

 

52.

jukung tambangan

jual makan minuman

pasar terapung

merapat jukung jukung

ramai sarapan pagi

 

53.

Sungai Barito

bungas taman terapung

si bunga ilung

di kala sungai pasang

bunga biru berdendang

 

54.

ayam berkokok

membuka pintu fajar

lembayung pijar

azan sungai mengalir

takbir angin semilir

 

55.

bunga violces

mekar harum mewangi

suatu malam

tapi aku termangu

paginya telah layu

 

56.

dalam tamanku

harum bunga kenanga

suatu pagi

ingat di bangku itu

kita duduk di sana

 

57.

sepasang capung

hinggap di ujung daun

diayun angin

cahaya surya pagi

bening di bola mata

 

58.

perkara banjir

kota direndam air

hal yang biasa

ramai arak pengantin

dalam perahu karet

 

59.

terjadi banjir

hujan deras tak henti

kota pun sepi

banjir tak juga henti

banyak kantor yang sepi

 

60.

halaman rumah

tempat anak bermain

genangan banjir

riuhnya anak anak

main kapal kapalan

 

61.

menjelang pagi

luruhnya sarigading

tanah memutih

harum dara berkalung

rangkaian sarigading

 

62.

taman bermain

di hari anak anak

pesta menggambar

ada anak menggambar

tikus tikus berdasi

 

63.

suatu malam

sepi Malioboro

sesayup tembang

ingat seraut wajah

perawan Kaliurang

 

64.

surya terbenam

membuka pintu malam

semesta kelam

beduk magrib ditabuh

damainya desa Layuh

 

65.

bunga nan elok

mekar di dalam taman

si bunga tanjung

rupa elok menawan

kurangkai dikenangan

 

66.

hai kau menyapa

bibir merah merekah

aroma bunga

kembang sepatu merah

hai aku terpesona

 

67.

sekawan sriti

bagai untaian tasbih

di kabel listrik

riuh ucapan salam

wirid tetirah malam

 

68.

kolam yang bening

koi beraneka warna

berenang renang

ku tak ingin beranjak

hilang risau di benak

 

69.

seekor lou han

dalam aquarium

nong nong menawan

ekor mengibas ngibas

sisik warna lembayung

 

70

kucing ku belang

lari ke dalam rumah

mengeong ngeong

langit tampak kelabu

mendung tebal bergumpal

 

71.

di atas meja

berkeliaran semut

aroma gula

segelas kopi panas

nikmat pesona senja

 

72.

lepas dermaga

puput yang penghabisan

kapal berlabuh

senja itu lambaian

lekat dalam kenangan

 

73.

elang meratap

di pohon kariwaya

anaknya batu

Diang Ingsun menyaru

Raden Panganten bulik

 

74.

tak bermusim

mawar merah merekah

dalam vas bunga

tiap tetirah malam

harum aroma cinta

 

75.

dalam tamanku

mekar bunga edelweis

hinggap kolibri

cinta tak kenal musim

bunga pun dimadukan

 

76.

ombak mengalun

angin laut selatan

di tebing hening

memantek jumat kliwon

ayat mantra pekasih

 

77.

aduhai burung

burung si kandarasih

hinggap di bumbung

pergi maka tak jauh

pus datanglah bersimpuh

 

78.

daun ilalang

mamang asap kemenyan

ruh angin terbang

kutiup parang maya

tiada yang berdaya

 

79.

lembayung fajar

pijar jalan pematang

menuju kota

sayur mayur yang segar

menghijau kehidupan

 

80.

penanjak satu

lalu penanjak dua

berakit bambu

kayu manis berlabuh

alir sungai Loksado

 

81.

mendaki cinta

sampai ke kulminasi

kasih dan sayang

maka tak mendustakan

risalah ayat itu

 

82.

nikmatnya alam

dikedalaman jiwa

di malam hening

tiada didustakan

maha benar firmannya

 

83.

padang  mandura

ruh padang mandurasi

bernyawa tunduk

bagai selembar daun

akan rontok ke bumi

 

84.

buluh perindu

rumputan tanah malai

melayang iman

asalnya sarang elang

pohon ratusan tahun

 

85.

burung bernyanyi

kupu kupu menari

simponi pagi

tapi gerangan apa

bunga bermuram durja

 

86.

entah mengapa

sunyinya kupu kupu

sepinya pagi

taman yang kehilangan

mekarnya bunga bunga

 

87.

di pagi itu

tak lagi kicau burung

hanya tonggeret

pohon tiada daun

hanya reranting kering

 

88.

tampak di langit

awan putih berarak

mendadak hujan

orang jalan bergegas

cari tempat bernaung

 

89.

seekor semut

jatuh ke dalam kolam

disambar ikan

kisah tak pernah tamat

seribu satu malam

 

90

barisan semut

masuk ke lubang gudang

mencuri gandum

Abunawas berkisah

Sang raja pun tertidur

 

91.

daun momiji

yang berwarna pelangi

buat kekasih

angin di musim gugur

rindu Indonesia

 

92.

di akhir April

masih di ohanami

berembun salju

menatap dengan sayu

sakura berguguran

 

93.

milad kotaku

Banjarbaru rahayu

harum setanggi

tiada cendra mata

hanya puisi cinta

 

94.

suatu malam

aroma bunga kantil

dalam tidurku

di bawah bulan terang

ada di taman bunga

 

95.

lambai gemulai

di ranting kembang culan

kakamban habang

hati merindu kasih

jauh di rantau orang

 

96.

dendang pengayuh

jukung meniti fajar

mengadu nasib

elok pasar terapung

eksotik tanah Banjar

 

97.

di sudut malam

sayup rintih tangisan

bulan tiada

angin malam berhembus

di rerumpunan bambu

 

98.

lenguh tonggeret

di lereng bukit kapur

sampai ke lembah

jalan sepanjang lereng

pohon pohon meranggas

 

99.

di atas kolam

bulan mulai terang

katak berdendang

bunga padma berkata

syukur hujan t’lah tiba

 

 

200.

merah kemilau

pesona ambang pagi

pucuk kalakai

hembus semilir angin

manis tarian gadis

 

201.

di tepi sungai

riuh suara bangkong

menjelang malam

dulu sungainya luas

kini semakin sempit

 

202.

mencari sungai

dulu tempat bermain

di masa kanak

kota seribu sungai

kini tinggal kenangan

 

203.

teringat sungai

waktu kanak belajar

mengayuh jukung

kini tiada sungai

padat rumah dan toko

 

204.

tiada angin

dedaunan membisu

pagi kelabu

pelan mentari muncul

senyum teratai merah

 

205.

puput terakhir

kapal mengangkat sauh

dermaga sunyi

masih tampak lambaian

sampai kebalik malam

 

206.

gerimis senja

di bawah payung cinta

merajut rindu

menunggu kapal tiba

sampai surya tiada

 

207.

selembar daun

erat memegang ranting

angin yang kencang

bangkit semangat diri

doa daya upaya

 

208.

diterpa angin

selembar daun kering

jatuh ke bumi

apa dibawa kala

berumah masa depan

 

209.

seteguk air

cukup dahaga rindu

pejalan jauh

jejak adalah cinta

langkah adalah doa

 

210

fajar memancar

harumnya serigading

bermanik embun

penjual jamu gendong

kota ranah harapan

 

211.

tinggal sebutir

embun di ujung daun

akan menetes

di dalam kesenyapan

segalanya berakhir

 

212.

di dalam sangkar

merdu kicauan murai

setiap fajar

kau ‘kan bersedih andai

tahu bahasa burung

 

213.

ingin mempelam

belum lagi musimnya

istri mengidam

kayuh sepeda ontel

sampai ke ujung kampung

 

214.

alun suara

hentakan kurung kurung

Hiyang Batara

ritus balian bawo

meminta turun hujan

 

215.

di luar kamar

entah tangis siapa

sesayup sayup

angin di dedaunan

malam semakin kelam

 

216.

adat menyirih

semakin ditinggalkan

di sudut zaman

banyak orang mengaku

asli orang banua

 

217.

kucing gelisah

saat menatap langit

lari ke rumah

awan membawa mendung

mendung membawa hujan

 

218.

suara gagak

melintas perkampungan

wahana apa

entah siapa lagi

sunyi semakin sepi

 

219.

dupa lalaya

ritual aruh ganal

bangkit roh padi

adat dan istiadat

sejahtra masyarakat

 

220.

di luar kamar

cuma kepak lelawa

bulan tembaga

angin membawa rindu

entah pergi ke mana

 

221.

di tengah hujan

dalam pelukan kasih

pusara merah

nisan berlumur darah

keabadian cinta

 

222.

tak kenal waktu

Roro Jonggrang membatu      

hati menjerit

duh  sekar  maskumambang

slendro tidak bersudah

 

223.

setangkai anggrek

bercumbu dengan bulan  

harum ke kamar

kau kah yang bersenandung

liris juwita malam

 

224.

pelangi senja

spektrum naga di langit        

seusai hujan

sungguh maha lukisan

takjub yang kau berikan

 

225.

angin November

ayun  kembang bougenville

di bawah bulan

sebuah bangku taman

meninggalkan kenangan

 

226.

lewat kebun teh

ke dusun kelahiran

di lereng gunung

rindu gemercik sungai

rindu kicauan murai

 

227.

hutan terbakar

langit bergumpal asap

senja pun risau

imigrasi ke mana

gelisah marga satwa

 

228.

menanti jatuh

resah kembang kenanga

ranting yang patah

pada garisan takdir

hanya Allah kuasa

 

229.

angin Desember

flamboyan  berguguran

tanah memerah               

tinggal sebuah bangku

penuh dengan kenangan

 

230.

rembulan sabit

renyuh petikan gitar

di angin malam

romantika yang silam

di lembaran kenangan

 

231.

hijau kemilau

daun daun tembakau

di lereng bukit

dendang jemari lentik

memetik daun pagi

 

232.

ratusan burung

terbang melayang layang

merpati kertas

kreatif tunas bangsa

di hari anak anak

 

233.

langkah bergegas

berpacu dengan waktu

senja ‘kan tiba

tiada ‘kan terlambat

jika dipersiapkan

 

234.

di bawah bulan

bayangan itu hilang

entah ke mana

ini terakhir kali

tidak bertemu lagi

 

235.

fajar memancar

cahya jagat lembayung

semesta hening

khusyuk  dalam semadi

membaca sabda alam

 

236.

di luar vila

angin dingin sekali

di kota batu

ke mana cari s’limut

malam semakin larut

 

237.

siang yang teduh

gemercik air sungai

di batu batu

sejenak dalam renung

rahmat teramat nikmat

 

238.

siang berangin

seekor capung hinggap

di ujung lalang

ingat berayun ayun

dalam buayan ibu

 

239.

di bulan April

menggelar permadani

sakura mekar

teringat ohanami

harum seraut wajah

 

240.

hati termangu

kala flamboyan rontok

meracik duka

Oktober telah tiba

hati merajut cinta

 

241.

seribu sungai

banyak jukung berkayuh

seribu parit

penuh sesak bangunan

semakin tampak kumuh

 

242.

setitik cahya

doa di dalam hening

seribu bulan

menyempurnakan iman

taqwa di malam gasal

 

243.

melepas petang

daun daun  menghening

suara jangkrik

bergegas kepancuran

menyempurnakan wudhu

 

244.

ribuan laron

di cahya lampu jalan

riuh lelawa

jalanan pada remang

kota terasa sepi

 

245.

lirih biola

di gregorian malam

pelagu sunyi

di bawah sinar bulan

ada taman kenangan

 

246.

di dalam kabut

sekawan burung pulang

tersesat jalan

riuh saling memanggil

makna setia kawan

 

247.

kecapi petang

antar petani pulang

usai di ladang

gemulai kembang jagung

merdu sekar kinanti

 

248.

kota pesona

gemerlapan lampion

di malam Chun Jie

dalam cahaya lilin

ingat seraut wajah

 

249.

Chieko terisak

lari di tirai salju

genggam sakura

masih bertirai salju

April dalam kenangan

 

250.

menuju arah

hanyalah kunang kunang

penerang langkah

terus juga berjalan

doa dan keyakinan

 

251.

rahmat dan nikmat

sekerat bingka kentang

buka puasa

basambang dalam surau

gita salawat rasul

 

252.

di malam gasal

menyambut cahya bulan

doa ampunan

Allah yang akan datang

bagi insan beriman

 

253.

dan seketika

bulan pada menghilang

di balik awan

angin berhembus kencang

apakah akan hujan ?

 

254.

di angin petang

sekar daunan bambu

rinduku sayang

sewindu t’lah berlalu

abang di rantau orang

 

255.

dupa setanggi

tujuh kuntum melati

malam purnama

sembur  semburan kata

rebah di duli cinta

 

256.

angin membelai

bulan di ujung ranting

rindu berayun

kau kah yang melantunkan

The Moon Represent My Heart

 

257.

kalbu tafakur

kala surya tenggelam

risalah silam

membangkitakan semangat

di langkah kehidupan

 

258.

bulan tembaga

jatuh di atas kolam

gelisah pungguk

jatuh tenggelam kelam

jatuh hatinya sunyi

 

259.

kembang ilalang

putih bukit Meratus

balian surup

hentakan kurung kurung

menyeru turun hujan

 

260.

air di tebing

terjun ke Lembah Kahung

gemuruh sungai

pada gemuruh sungai

tersimpannya  misteri

 

261.

bertatah embun

mahkota bunga bunga

harum mewangi

pagi nan elok permai

risau menjadi damai

 

262.

sawah menguning

dendang rerumpun bambu

hari yang teduh

makan singkong di dangau

nikmat syukur ya Allah

 

263.

pasar terapung

klotok membawa kita

mencari cinta

pasar terapung sepi

Sungai  Barito sunyi

 

264.

di pucuk randu

bulan belah semangka

Selasa kliwon

dalam untaian zikir

Allah maha kuasa

 

265.

sebuah kota

riuh kepak lelawa

memburu laron

lampu lampu jalanan

pada redup dan buram

 

266.

rembulan emas

getar jiwa merindu

ading di mana

pada sebuah bangku

narasi masya lalu

 

267.

suatu peron

hujan di akhir tahun

cemas dan harap

stasiun perhentian

waktu keberangkatan

 

268.

di hari ibu

makna ibu pertiwi

negri tercinta

ibu mencari anak

anak mencari ibu

 

269.

di majlis ibu

pulang si anak hilang

rindu pertiwi

janganlah anak kandung

menjadi  anak tiri

 

270.

layar digelar

sebelum surya  lengser

jauh  ke pulau

menyempurnakan diri

pada jalan hayati

 

271.

entah siapa

gundah di bangku peron

malam melarut

tak siapa siapa

cuma aku sendiri

 

272.

tiada cahya

beri aku lilinmu

pada miladku

malam akhir Desember

jangan kau tinggal aku

 

273.

dari kepompong

seekor kupu kupu

belajar terbang

dari bunga ke bunga

sayap aneka warna

 

274.

detak jarum jam

sepinya peron Malang

di bangku tunggu

ada yang menyapaku

tajam aroma parfum

 

275.

aroma parfum

duduk di bangku tunggu

stasiun Gambir

lengkingan puput tiba

kereta api malam

 

276.

dalam hening zen

membaca tanda jejak

misteri alam

di kedalaman jiwa

maha benar firmannya

 

277.

dalam titik zen

gemuruh air terjun

rapalan zikir

zikir di batu batu

zikir air mengalir

 

278.

pada angkasa

spektrum bias gerimis

cahaya jambon

sungguh maha pelukis

pada semesta langit

 

279.

mebaca ombak

pantai laut selatan

Nyi Roro Kidul

kenduri debur mantra

semburan jumat kliwon

 

280.

kencangnya angin

laut berubah rupa

camar ke langit

jika takut ‘kan badai

jangan rumah di pantai

 

281.

bunga Oktober

diteriknya mentari

tetap pesona

kehidupan berjalan

pada garis takdirnya

 

282.

pasar terapung

nyanyian kehidupan

Sungai Barito

eksotik itu sepi

dihiruk pikuk zaman

 

283.

di ujung daun

lembut embun menetes

sejuknya hati

beri aku setetes

kata sang kupu kupu

 

284.

ilung bersyair

di tengah arus sungai

menyisir petang

menyisir ratik ratik

ke mana jukung jukung

 

285.

pendulang intan

dari pagi ke petang

mengadu nasib

hanya galuh cempaka

yang menjadi impian

 

286.

riuh salawat

mamicik rupa bungas

Galuh Cempaka

kalau nasib beruntung

niscaya tak kelain

 

***

Mamicik = mendapat

 Rupa bungas = wajah elok

Galuh Cempaka = nama intan

 

287.

galuh namanya

tabu menyebut intan

gaib di mata

hidup punya aturan

beradat istiadat

 

288.

lobang dulangan

mencari kesugihan

ke batas petang

jika bernasib sial

maut akan merenggut

 

289.

pagi menghantar

sekuntum mawar merah

seraut wajah

harum aroma rindu

lintas jalan Cibodas

 

290.

suatu rawa

malam seusai hujan

suara katak

bulan perlahan muncul

pada sonata alam

 

291.

melintas rawa

takjub suara katak

nyanyian alam

di bunga bunga kangkung

kerumun kunang kunang

 

292.

semilir pagi

capung di ujung daun

berayun ayun

ingat berayun napan

rumah bubungan tinggi

 

293.

di kala bulan

di pucuk pohon persik

dada berdegup

serupa sang kekasih

dalam sonata malam

 

294.

di tepi kolam

hilang hati nan risau

orkestra katak

mekar bunga teratai

mekar cahaya bulan

 

295.

murai berkicau

bercumbu dengan surya

di pagi itu

ini terakhir kali

murai itu berkicau

 

296.

daun gemulai

dibelai angin petang

damai di hati

damai kenangkan ingat

damai lupakan jangan

 

297.

alam bersabda

belajar dari gagak

kasih dan sayang

dan apa yang dicari

sengketa manusia

 

298.

di alir sungai

rakit bambu berlabuh

ingat Loksado

di hutan kayu manis

dodol kotaku manis

 

299.

ayam berkokok

menyeru makna fajar

cahya  memancar

syukur Alhamdulillah

masih diberi nafas

 

300.

cahaya fajar

nun menyibak halimun

gerimis embun

bagaikan manik sutra

pada mahkota bunga

 

301.

momijigiri

di saat musim gugur

enggan beranjak

ingat November itu

selembar cendramata

 

302.

kuntum sakura

dalam gerimis salju

jatuh melayang

sebuah bangku kosong

memutih duka lara

 

303.

renyai halimun

di daun tapak dara

suara hening

masih terdengar sayup

menjelang dini hari

 

304.

di ujung ranting

tergantung bulan sabit

angin mendesir

berkisah tentang dara

cinta di balik malam

 

305.

mengejar cahya

kunang kunang menghilang

Wind : I Have A Dream

musafir itu,  entah

hilang di gelap malam

 

306.

di ujung senja

menatap daun hanyut

di arus sungai

becermin pada daun

hanyut di arus waktu

 

307.

puting beliung

tumbang pohon mahoni 

melintang jalan

tak lagi gotong royong

pusaka nenek moyang

 

308.

firasat badai

cericit anak camar

memanggil induk

yang tua dihormati

yang muda dihargai

 

309.

menjelang pagi

masih menampak bulan

hilang purnama

pilih pemimpin negri

yang berjiwa halifah

 

310.

menunggu surya

silam ke batas laut

jantung berdegup

tebing batu Tanah Lot

debur di ombak waktu

 

311.

lari bergegas

jemuran di halaman

hujan mendadak

kucing naik ke meja

bergegas nyolong ikan

 

312.

subuh berangin

aroma bingka kentang

pasar terapung

kuliner tanah Banjar

cantik manis menawan

 

313.

cabak – lelawa

besetru dalam cahya

memburu laron

sengketa manusia

ambisi dan serakah

 

314.

lembayung lenyap

saat senja bersilam

suara jangkrik

damai di relung kalbu

saat kumandang azan

 

315.

jatuh angin Fohn

memutih di angkasa

kembang ilalang

dari bukit Meratus

hentakan kurung kurung

 

316.

jalan yang lengang

mendadak angin tutus

debu menggasing

ada berapa rumah

rata dilanda angin

 

317.

di kamar vila

tubuh terasa beku

hujan di Puncak

teman segelas bandrek

yang mencairkan rindu

 

318.

di dahan mangga

seekor anak murai

belajar terbang

belajar hakikatnya

pangkal meraih ilmu

 

319.

asap kemenyan

dari balai leluhur

tandik balian

hutan gunung dijarah

penghuni roh yang musnah

 

320.

balian surup

batandik di kelenya

hidupkan mayat

setiap baru mati

ada penunggu kubur

 

321.

ritual kubur

mayat hidup kembali

minyak Balian

mayat baru dikubur

maka harus dijaga

 

322.

pusara itu

masih aroma wangi

kembang melati

sang dara dalam hujan

masih dalam tafakur

 

323..

di malam itu

harum bunga setanggi

ranjang pengantin

tapi entah mengapa

danau menjadi saksi

 

324.

angin November

kuntum bunga flamboyant

menari nari

orang tak kenal lagi

tari tirik kuala

 

325.

di ranting culan

sangkut kakamban habang

mata berlinang

angin pagi semilir

rindunya sang kekasih

 

326.

angin semilir

mengharum serai wangi

pagi berseri

dari rumah anjungan

anggun dara babangsa

 

327.

telaga sunyi

tujuh sang dara mandi

bulan setanggi

Luk Laga ini lenyap

jadi semak belukar

 

328.

yulan yalalin

jukung tambangan pulang

menyisir senja

sunyi rerumpun bakau

sepi pohonan rambai

 

329.

rembulan merah

jatuh ke dalam kolam

risau sang pungguk

angin di daun persik

You're my everything

 

330.

di balik awan

bulan berangsur terang

Moonlight Sonata

cinta tak kenal musim

wangi pun diharumkan

 

331.

angin semilir

gemulai daun cermai

dusun yang permai

surya pagi mengintip

dara mandi di sungai

 

332.

seiris bulan

becermin pada kolam

harum teratai

kaukah bermaskumambang

di tujuh kesunyian ?

 

333.

sepinya kamar

cuma kepak lelawa

engkau di mana

tiba tiba bayangan

merajah ubin lantai

 

334.

kereta naga

adat pengantin Banjar

turun ke sungai

hanyalah tinggal kisah

hilang di tanah Banjar

 

335.

wanita itu

berlari dalam hujan

The Power of love

dari bola matanya :

mengalir kerinduan

 

336.

di hening malam

wanita malang itu

membuka hati

merintis jalan pulang

kembali kehakikat

 

337.

jemari lentik

penganyam tikar purun

Si Aluh Bungas

tetap cinta banua

tak lekang oleh panas

 

338.

bulan ramadhan

harum taburan doa

pusara bunda

bingka buka puasa

ingat bikinan bunda

 

339.

sedari fajar

jukung jukung berlabuh

mengayuh cinta

pasar terapung sepi

riak Barito sunyi

 

340.

musim kemarau

sungai Barito risau

ke mana jukung

air asin menguap

bau glondong dan limbah

 

341.

jembatan ulin

meniti Pulau Kembang

eksotik Banjar

kera menyimpan jejak

pada misteri sunyi

 

342.

malam mengharum

luruh bersama embun

bunga srigading

gadis meronce pagi

kalung buat kekasih

 

343.

di ujung daun

bening embun bergantung

pelan menetes

suara hening pagi

hening kicauan burung

 

344.

ramai sekali

anak main  kudaan

pelepah pisang

di hari anak anak

desaku yang terpencil

 

345.

dulu sekali

ramai bermain gasing

sekarang langka

teringat main gasing

di depan balai desa

 

346.

dulu nenekku

suka main kuriding

di Anjung Surung

lagu saluang mudik

dari hulu Bakumpai

 

***

Kuriding = alat music tradisional

Anjung Surung = rumah adat Banjar.

 

347.

tiada bulan

dikedalaman sunyi

daunan perdu

angin serupa tangis

dalam desau gerimis

 

348.

masih tercium

aroma bunga mimpi

menjelang pagi

bening seraut wajah

dalam butiran embun

 

349.

candra buana

cahya menghampar malam

lirih biola

sabda alam semesta

dikedalaman jiwa

 

350.

gandang garantung

ngaliling sangkai lunuk 

ayo manasai

adat seni budaya

makna ikatan jiwa

 

***

Gendang gong

Kelilingi tugu

Ayo menari ( manasai )

 

351.

fajar menyingsing

hening semesta alam

tangisan kecil

lahir permata kasih

dalam buayan azan

 

352.

seusai panen

muda mudi berahui

baturai pantun

adat asli tertanam

jodoh siapa tahu

 

***

Berahui = menari (ahui)

Baturai = bersahut, berbalas.

 

353.

berbalas pantun

acara usai panen

ketemu jodoh

sagantang dua gantang

bulan mulud badatang

 

354.

burung perkutut

berkicau dalam sangkar

setiap pagi

orang tak pernah tahu

kicauan duka lara

 

355.

mengintip mawar

kuncup berembun pagi

selagi mekar

di bibirmu yang merah

senyum harum menawan

 

356.

membuka jiwa

dalam keheningan zen

hakikat jagat

di akhir perjalanan

hidup mesti berarti

 

357.

di ambang petang

sunyi tanah yang basah

kembang kemboja

akhir keberangkatan

kehidupan yang fana

 

358.

belahan telur

harum sebumbung lemang

buka puasa

nikmat dan rahmat Allah

tiada didustakan

 

359.

tatkala senja

pantai seusai ombak

nikmatnya sunyi

laut adalah sumber

hidup dan kehidupan

 

360.

ke mana hutan

teriakan bekantan

rambai meranggas

jukung di waktu fajar

sunyi dendang rantawan

 

361.

di balik gunung

lembayung senja turun

beralih rupa

waktu jangan percuma

sebab tak kan kembali

 

362.

malam yang fitrah

tempat panjatan doa

hamba yang fakir

ukhuwah islamiyah

menjauhkan sengketa

 

363.

jiwa nelayan

laut memberi cinta

tak habis habis

sedari nenek moyang

arung para pelaut

 

364.

berkelap kelip

dengung layangan dandang

sepanjang malam

usai mengetam padi

tradisi kota Rantau

 

365.

kanan dan kiri

letupan buah para

jalan ke dusun

memutih lereng bukit

tarian kembang lalang

 

366.

menjelang sore

kemersik daun murbei

warna lembayung

sekawan gadis desa

mandi di batu sungai

 

367.

langit yang cerah

gubuk di tengah sawah

klenengan kaleng

tari orang orangan

terbangan burung pipit

 

368.

suatu pagi

manis segelas susu

kerumun semut

solidaritas tinggi

belajar dengan semut

 

369.

senyuman pagi

elok paras perawan

semut beriring

kecantikan yang murni

tanpa memakai make up

 

370.

beranjak pagi

mekar bibir jelita

merah delima

di kala malam hari

tidur jadi gelisah

 

371.

beriring jalan

harum galuh cempaka

pagi menawan

kawasan pendulangan

intan jadi impian

 

372.

tidak berdua

cuma kepak lelawa

rindu merekah

kala buka jendela

lirih candra buana

 

373.

semata gelap

kemerlip kunang kunang

runduk ilalang

meluput hati gundah

kaki terus melangkah

 

374.

pelangi senja

laut pelan berombak

Pantai Takisung

tampak batu bajanggut

berubah arca sunyi

 

375.

cahaya bulan

bening di wajah kolam

hening meresap

di kelopak teratai

menyimpan duka lara

 

376.

sebuah kolam

di kesunyian malam

suara katak

pungguk diam termangu

bulan di balik awan

 

377.

di ujung daun

suara keheningan

embun menetes

saat menjelang pagi

suara burung burung

 

378.

gerimis teduh

muncul di atas kota

rembulan sabit

serupa kunang kunang

sepanjang rumah kardus

 

379.

rumput bergoyang

kala surya  tenggelam

kenangkan daku

lembayung itu kelam

di tebing  bukit lalang

 

380.

burung berkicau

tatkala surya muncul

kabut menepi

rona bunga setaman

bertatah embun pagi

 

381.

dikeheningan

debur laut Tanah Lot

nyepi di pure

membaca ayat laut

membaca jiwa raga

 

382.

alam pun takjub

keajaiban nyepi

gerhana surya

di kulminasi ombak

roh roh berkelenengan

 

383.

depan jendela

senja kian menghilang

mata berlinang

kaki di pintu malam

menutup masa silam

 

384.

mekarnya kantil

harum ke tengah malam

bulan tiada

seekor kunang kunang

mencari jalan pulang

 

385.

mendung menebal

siang mencari terang

kota gelisah

orang orang berdoa

dalam perahu karet

 

386.

di ujung waktu

lembayung cahya surya

kerbau beriring

jalan pematang sawah

sekar seruling senja

 

387.

pagi cemerlang

hamparan permadani

hijau daun teh

tari jemari lentik

di bening embun wangi

 

388.

rumpun kemboja

berkisah tentang cinta

suatu senja

nama pada epitaf

kau renda dengan doa

 

389.

surya terbenam

ombak tiada diam

pantai memutih

senja debur mendebur

nikmat dalam semadi

 

390.

di April pagi

burung membawa pesan

hana wo miru

senyum seraut wajah

pada bunga sakura

 

391.

sekali pagi

harum sekuntum mawar

ini terakhir

air mata berlinang

pada kaca jendela

 

392.

gerimis senja

selembar daun dadap

jatuh melayang

tertulis ayat cinta

di tanah akhir hayat

 

393.

biduk melancar

mengarung laut senja

ombak menyibak

pada tepian hati

ada dermaga cinta

 

394.

ribuan bebek

berenang pulang kandang

di waktu petang

sampan di atas danau

menggiring kehidupan

 

395.

kucing berlari

masuk ke dalam rumah

kulihat awan

keburu akan hujan

angkat kain jemuran

 

396.

di ujung daun

lirih embun menetes

sejuk di jiwa

alam pikiran jernih

lapang kaki melangkah

 

397.

perawan pirang

gemulai dalam ladang

aroma jagung

surya pagi berkisah

petani tiang negri

 

398.

bulan di mana

remang rerimbun daun

hanyalah angin

serasa tak berdua

cuma lirih biola

 

399.

baru menetas

anak bebek berlari

terjun ke kolam

potensi dalam diri

garis takdir ilahi

 

  Arsyad Indradi  Ruang Hening 1500 Tanka Indonesia Ilustrasi Cover : Alvin Shul Vatrick Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru...